NasDem Sebut Anies Antitesis Jokowi, PDIP Singgung Etika Politik

Jakarta, Inako
PDI Perjuangan buka suara terkait pernyataan Partai NasDem yang menyebut Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai antitesis Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto pada Rabu (12/10/2022) mengungkapkan dirinya kaget mendengar pernyataan tersebut.
Baca juga: Menko Airlangga: Indonesia Siap Hadapi Krisis Global dan Tengah Menuju Endemi Covid-19
Hasto menilai, pernyataan tersebut menimbulkan persoalan tata kelola pemerintahan dan etika politik yang serius.
Dia pun menyingggung sikap NasDem yang mengusung Anies dan posisi partai yang dipimpin oleh Surya Paloh itu yang masih menjadi bagian dari koalisi pemerintahan.
Menurut Hasto, sikap NasDem sangat kontradiktif. Di satu sisi, tiga orang kadernya masih menjabat sebagai menteri Jokowi. Di lain sisi, NasDem sudah mengusung Anies.
Hasto kemudian mempertanyakan tanggung jawab etika politik NasDem yang seharusnya mendukung keberhasilan pemerintahan Jokowi, tetapi malah mendukung seseorang yang dinilai sebagai antitesis Jokowi.
Problem lainnya muncul, lanjut Hasto, saat Presiden Jokowi memimpin rapat kabinet yang sifatnya strategis sekaligus rahasia demi kepentingan bangsa dan negara.
Dia kembali mempertanyakan, bagaimana hal-hal yang strategis dan fundamental tersebut dibahas dengan menteri-menteri yang partainya memilih capres yang disebut antitesis Jokowi?
Menurut Hasto, pernyataan Zulfan Lindan merupakan penegasan sikap partai NasDem. Dengan mencalonkan Anis, NasDem juga menjadi antitesis.
Sebelumnya, Zulfan Lindan mengungkapkan partainya sudah melakukan kajian dengan pendekatan filsafat dialektika sebelum menetapkan Anies Baswedan sebagai bakal capres.
Berdasarkan hasil kajian tersebut, NasDem menilai Anies merupakan antitesis dari Presiden Jokowi sehingga cocok diusung sebagai bakal capres.
KOMENTAR