Para Tokoh Wondama, Papua Barat Berkomitmen Jaga Keragaman

Binsar

Friday, 23-08-2019 | 06:25 am

MDN
Sejumlah tokoh lintas suku dan agama di Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat, berkomitmen menjaga keragaman ras, suku, serta keyakinan [ist]

Papua Barat, Inako

Menyikapi insiden pengepungan asrama mahasiswa Papua di Surabaya beberapa waktu lalu, yang berujung pada aksi protes dan kerusuhan di beberapa tempat di Papua dan Papua Barat beberapa hari terakhir, sejumlah tokoh lintas suku dan agama di Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat, berkomitmen menjaga keragaman ras, suku, serta keyakinan di daerah tersebut.

“Dari Teluk Wondama Tanah Peradaban Orang Papua, Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB), Badan Kerjasama Antar Gereja (BKAG), Klasis GKI, Lembaga Masyarakat Adat (LMA), MUI, PHDI dan seluruh masyarakat menolak rasisme, menolak kekerasan dengan tegas. Dan kami hanya cinta damai, “ demikian bunyi pernyataan yang dibacakan Ketua FKUB Teluk Wondama Pendeta Rosalie Wamafma, di Wondama, Kamis.

Sebelum pernyataan bersama tersebut dibacakan, para tokoh lintas agama itu melakukan pertemuan bersama LMA di kantor Klasis Gereja Kristen Injili (GKI) Wondama di Wasior, Rabu (21/8).

Pertemuan yang difasilitasi oleh Klasis GKI Wondama dilakukan sebagai langkah antisipasi agar masyarakat Wondama tidak terprovokasi dengan situasi panas yang sedang terjadi di Manokwari dan daerah lain di Tanah Papua.

“Karena tujuan kita harus jaga Wondama sebagai Tanah Peradaban. Bukan berarti kita tidak solider tetapi rasa solidaritas itu kita wujudkan dalam bentuk-bentuk yang lebih inklusif, lebih bermartabat dan pesannya lebih mengena," ujar Rosalie.

“Jangan sampai kasih yang kita imani dan kasih yang dia harus nyata, dia harus rusak dan tidak terlihat itu di orang lain. Sebagai Tanah Peradaban, kota ini harus punya warna yang berbeda," lanjut Ketua Klasis GKI Wondama ini.

Denominasi gereja di Wondama juga mendesak Kapolri agar mengusut tuntas insiden Surabaya serta memproses hukum semua pihak yang terbukti melakukan tindakan rasial juga perbuatan melawan hukum lainnya.

“Gereja meminta Polri untuk mengusut tuntas kasus Surabaya sehingga tidak berdampak pada masyarakat di Papua tetapi juga studi anak-anak kita di sana. Kita ini bangsa yang majemuk kita harus menghargai perbedaan-perbedaan yang ada dengan tidak mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang melecehkan kemanusiaan kita,“ tandasnya.
 

TAG -

190232993

KOMENTAR