Pengamat Nilai Jokowi Hadapi Situasi yang Rumit Jelang Pilpres 2019

Sifi Masdi

Wednesday, 11-07-2018 | 10:01 am

MDN
Presiden Joko Widodo [ist]

Jakarta, Inako

Presiden Joko Widodo masih berada dalam posisi yang rumit menjelang Pilpres 2019. Pertama, posisi elektoral Jokowi masih dibawah 50 persen. Ini berbeda dengan elektoral Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang berada di atas 60 persen pada periode kedua. Kedua, Jokowi juga merasa sulit untuk menentukan sendiri calon wakil presidennya (Cawapres) karena masih dianggap sebagai petugas partai.

Pernyataan ini diungkapkan oleh Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Adjie Alfaraby. Ia membandingkan elektabilitas Jokowi dan SBY pada periode kedua. Pada waktu itu, dalam berbagai survei, tuturnya, elektabilitas SBY pada periode keduanya berada di atas 60 persen. Sementara Jokowi saat ini masih di bawah 50 persen dalam berbagai survei.

"Sehingga Pak SBY begitu leluasa memilih siapa cawapres di Pilpres 2009. Karena itu kita surprise saat muncul nama Boediono sebagai pendamping SBY. Sehingga memang poin pertama faktor elektoral membuat situasi siapa cawapres Jokowi makin rumit," ujarnya di kantor LSI, Jakarta, Selasa (10/7/2018).

Ia menambahkan, faktor elektoral membuat posisi Jokowi yang juga merupakan petugas partai PDI-P cenderung rumit dalam penentuan cawapresnya. Sebab, calon dari partai biasanya harus mengikuti keputusan partai yang datang dari ketua umumnya, dalam hal ini Megawati Soekarnoputri.

Adjie juga menduga ada proses diskusi dan perdebatan alot di internal koalisi Jokowi maupun internal PDIP dalam penentuan cawapres. "Mengapa sampai saat ini nama cawapres belum muncul? Salah satu faktornya perdebatan di internal koalisi Pak Jokowi," kata dia.

"Sehingga ini jadi posisi yang rumit. Tapi di sisi lain kita lihat, Jokowi diuntungkan beberapa partai yang telah secara resmi mendeklarasikan dukungan ke Pak Jokowi," lanjutnya. Dengan tiket dari partai koalisi lainnya, Adjie juga menilai posisi Jokowi cenderung lebih kuat dan sedikit leluasa dalam menentukan nama cawapresnya dibandingkan posisi Megawati.


 

KOMENTAR