Pertemuan Trump-Kim Juni Lalu Dapat Pujian Dari Gereja Katolik Korea

Binsar

Friday, 05-07-2019 | 07:32 am

MDN
Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un berdiri di tanah Korea Utara sebelum berjalan menuju Korea Selatan di Zona Demiliterisasi (DMZ) pada 30 Juni, di Panmunjom, Korea [ist]

Seoul, Inako

Pertemuan antara Presiden Donald Trump dengan pemimpin tertinggi Korea Utara Kim Jing Un di perbatasan Korea Uara dan Korea Selatan, 30 Juni lalu, ternyata bukan hanya menjadi perhatian masyarakat dunia saja tetapi jga umat Katolik Korea.

Dikabarkan, pertemuan bersejarah kedua pemimpin yang berseteru itu mendapat perhatian serius dari Gereja Katolik Korea. Insitusi Gereja Katolik Korea dilaporkan menyambut baik pertemuan kedua pemimpin itu karena dinilai sebagai langkah penting untuk mencapai denuklirisasi dan perdamaian abadi.

Uskup Agung Kwangju Mgr Hyginus Kim Hee-joong, ketua Konferensi Waligereja Korea, mengeluarkan pernyataan yang mendukung perkembangan itu.

Dia mengatakan pertemuan itu sebagai tindak lanjut pertemuan pertama mereka empat bulan yang diadakan di Vietnam yang gagal mencapai kesepakatan, memberikan jalan untuk dialog tentang denuklirisasi permanen.

Lebih lanjut, uskup agung itu menyatakan harapan agar para pemimpin akan memiliki hati yang terbuka untuk mempercepat “rekonsiliasi dan persatuan rakyat Korea”.

Sementara itu, Paus Fransiskus juga menyambut baik pertemuan itu.

Dalam Doa  Angelus bersama para peziarah yang berkumpul di Lapangan Santo Petrus,  Vatikan, Sri Paus memuji pertemuan itu sebagai contoh yang baik dari budaya keterlibatan.

“Sikap yang signifikan seperti itu mungkin merupakan langkah lebih lanjut di sepanjang jalur perdamaian, tidak hanya di semenanjung tetapi untuk seluruh dunia,” kata Paus Fransiskus.

Taegon Andrew Paik Jang-hyeon, peneliti di Catholic Northeast Asia Peace Institute di Korea Selatan, mengatakan pertemuan para dua Korea dan AS secara bersama-sama di Panmunjom adalah sesuatu yang positip.

Ini menunjukkan bahwa Korea Selatan dapat memiliki peran masa depan yang lebih penting dalam memediasi proses perdamaian.

Keterlibatan Korea Selatan sangat penting bagi AS dan Korea Utara untuk saling memahami, tambah peneliti itu.

Seperti diketahui, Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengadakan pertemuan  pada 30 Juni di desa gencatan senjata yang disebut Panmunjom, yang merupakan simbol Korea yang terpisah.

Trump menjadi presiden AS pertama yang melintasi perbatasan karena Panmunjom terletak tepat di sebelah Korea Utara.

KOMENTAR