Petani Senang, Harga Karet Di Aceh Barat Naik

Binsar

Monday, 04-02-2019 | 06:25 am

MDN
Harga tampung karet petani Aceh Barat naik [ist]

Meulaboh, Inako –

Petani karet di Aceh Barat senang lantaran harga tampung getah karet deresan petani (50 persen bersih) oleh agen pengumpul di Kabupaten Aceh Barat, mulai mengalami kenaikan menyusul permintaan pasar yang meningkat. Biasanya harga karet hanya Rp7.000/ kg, namun saat ini sudah bergerak naik menjadi Rp7.300/ kg.

Seorang penderes karet di Desa Lhung Jawa, Kecamatan Woyla, Samsul, di Meulaboh, Minggu, mengatakan, harga itu masih dihitung pembelian di tempat, namun ketika petani menjual langsung ke agen penampung desa, harga beli bisa mencapai Rp8.000/ kg.

"Sebenarnya sudah beberapa bulan lalu terjadi kenaikan, kalau dulu walaupun harga Rp7.500 per kilogram, tapi permintaan biasa saja, sekarang ini permintaannya banyak. Para agen kesulitan juga dapat barang," katanya.

Hanya saja, persoalan dihadapi masyarakat saat ini adalah persoalan cuaca yang tidak menentu menghambat aktivitas menderes di kebun, malahan setelah di deres sampai 4-5 hari baru bisa diangkut getah karet dari kebun untuk dijual.

Pada pertengah tahun 2018, harga tampung getah karet petani di Aceh Barat sempat anjlok ke level terendah yakni seharga Rp4.000/ kg, bukan karena faktor cuaca atau kurang permintaan, namun para agen lokal tidak bersedia membeli dengan harga tinggi.

Terhitung selama Januari - Februari 2019 ini, harga tampung getah deresan petani mulai membaik, walaupun hanya mengalami kenaikan Rp3.000/ kg akan tetapi cukup membuat petani bersemangat mengetahui harga komoditas itu membaik.

"Kalau dibilang bersemangat, tidak juga, tapi kalau harga bisa naik terus tentu kebun - kebun yang sudah semak belukar akan kami bersihkan lagi. Selama ini kurang terurus, kami datang hanya untuk deres karet, setelah itu pulang," keluhnya.

Diberitakan sebelumnya, Pemkab Aceh Barat akan berupaya mengembangkan tanaman karet sebagai salah satu sumber perekonomian masyarakat, salah satunya yakni melakukan peremajaan batang karet yang sudah tidak produktif.

Sementara itu, Bupati Aceh Barat H Ramli, MS, menyampaikan, selain getah karet, batang karet juga bermanfaat bagi masyarakat. Melalui program peremajaan karet, batang karet yang sudah tidak produktif ditebang dan dijual, sehingga hasil kayu batang karet tidak terbuang percuma karena ada investor yang akan menggelola.

"Kita mendapat bantuan dari Belanda. Ada 43 ribu hektare yang akan diremajakan, kayunya ditampung mereka, kemudian diolah untuk diekspor ke Jepang dan China," sebutnya.

Investor asal Belanda yang bergerak di bidang pengolahan kayu karet mentah akan memulai pembangunan pabrik kayu dengan nama perusahaan PT Woyla, usaha tersebut masih dalam proses pengurusan izin dari pemda setempat.

KOMENTAR