Sandi Jual Saham Saratoga untuk Beli Obligasi Pemerintah

Sifi Masdi

Friday, 05-10-2018 | 18:37 pm

MDN
Cawapres Sandiaga Uno [ist]
“Cawapres Sandiaga Uno mengatakan bahwa tujuan penjualan 1,89 saham Saratoga miliknya adalah untuk membeli obligasi pemerintah.”

 

Jakarta, Inako

Calon wakil presiden Sandiaga Uno mengungkapkan alasan menjual 1,89 persen saham miliknya di PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG). Informasi penjualan saham ini pertama kali terungkap dalam perdagangan di Bursa Efek Indonesia pada Selasa-Rabu, 2-3 Oktober 2018.

Sandiaga mengatakan penjualan saham itu dia lakukan sebagai bagian dari divestasi. Dia mengaku ingin menggunakan hasil penjualan saham itu untuk membeli surat berharga atau obligasi yang diterbitkan pemerintah.

"Salah satu dari pemikiran saya adalah menggunakan hasil dari divestasi tersebut untuk membeli obligasi-obligasi pemerintah," katanya di Gelanggang Olahraga Bulungan, Jakarta Selatan, Jumat, 5 Oktober 2018.

Nantinya, kata dia, aksi tersebut diikuti dengan reposisi surat-surat berharga yang dia miliki, sebagaimana tercantum dalam Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) ke obligasi yang diterbitkan negara.

Sandiaga menuturkan aksi itu merupakan bagian dari upayanya membantu perekonomian yang tengah sulit. Pembelian obligasi pemerintah, kata dia, sekaligus untuk menunjukkan kepercayaan kepada perekonomian Indonesia.

 "Ini untuk mendukung kekuatan ekonomi kita karena negara butuh pembiayaan sekarang," ujarnya.

Total nilai transaksi penjualan saham Sandiaga sebesar Rp 194,08 miliar. Saham yang dilepas sebanyak 51,4 juta lembar dengan harga Rp 3.776 per lembar saham.

Transaksi ini berlangsung dalam dua tahap. Tahap pertama, 2 Oktober, saham yang dijual sebanyak 12 juta unit. Pada hari berikutnya, Sandiaga kembali menjual saham sebanyak 39,4 juta unit. 

Penjualan ini mengurangi kepemilikan Sandiaga di Saratoga dari 27,79 persen menjadi 25,90 persen. Mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta ini mengatakan akan terus mengevaluasi dampak aksi yang dia lakukan terhadap perekonomian.

 

 

Baca juga :

 

 

 

KOMENTAR