Survey LSI dan Partai Golkar

Hila Bame

Sunday, 12-07-2020 | 16:50 pm

MDN


Oleh. : Adlan Daie

Pemerhati politik elektoral Indramayu

Jakarta, Inako

Terdapat dua peristiwa politik di awal bulan Juli ini yang penting ditelaah lebih lanjut baik secara parsial maupun dalam konstruksi saling berkait satu sama lain terkait kontestasi pilkada Indramayu 2020. Pertama, rilis survey Lembaga Survey Indonesia (LSI) tentang peta elektoral pilkada Indramayu yang dipresentasikan secara khusus di Hotel Grand Trisula Indramayu (kamis, 9 Juli 2020). Kedua, terkait rapat pleno DPD partai Golkar yang diperluas (sabtu, 11 Juli 2020) untuk menentukan jadwal Musyawarah Daerah (Musda),  forum legal dalam proses seleksi  memilih ketua DPD partai Golkar Indramayu secara demokratis sesuai AD/ART partai Golkar.


Dalam hal rilis survey LSI diatas, terlepas secara methodologis dan proporsi jumlah sampling respondennya relatif memenuhi kaidah statistik survey opini publik, penulis sedikit memberi catatan  sebagai berikut :

Pertama, survey LSI diatas tidak menjelaskan siapa sponsor dan bandar di belakangnya sehingga memunculkan  persepsi seolah olah survey hanyalah akal akalan ilmiyah untuk menggiring opini publk sesuai pesan politik sponsor dan bandarnya. Dengan kata lain, indepedensi hasil surveynya diragukan publik sekurang kurangnya kredibilitas non partisan nya dipertanyakan.

Kedua, dalam pertanyaan terbuka Daniel muttaqin Syafiudin (DMS) tertinggi secara elektotal , yakni 3,7% unggul dari nama nama lain (17 orang) di level rata rata elektoral 1%. Mayoritas respondens menjawab rahasia, (tidak dan belum menjawab) sebesar 87%. Artinya, mayoritas mutlak pemilih belum fix  menentukan pilihan pada figur siapa pun. Posisi mayoritas mutlak pemilih  "swing and undersided voters".


Ketiga, dalam simulasi  yang diarahkan ( daftar nama ditentukan lembaga survey tanpa penjelasan ukuran pilihan nama nama nya) mulai dari simulasi 39 nama, 19 nama hingga 17 nama DMS selalu unggul di rentang  elektoral 16% sampai 22%. Dalam kesimpulan LSI  pemilih militan DMS di angka 7%. Sebuah angka elektoral terlalu kecil untuk melompat pada kesimpulan bahwa DMS paling berpeluang dalam kontestasi pilkada 2020. 

Keempat, temuan lain adalah DMS dipersepsi figur paling rentan dirontokkan issu issu negatif . Di sisi lain Dai Bachtiar di persepsi sebagai tokoh nihil pengaruhnya. Dalam konteks ini DMS harus ekstra hati hati terhadap massifikasi gerakan isu negatif.dan di sisi lain Dai Bachtiar bisa melakukan manuver taktis jika merasa terlukai kehormatannya di framing sebagai Jenderal (purn)  polisi putra asli Indramayu "tak bergigi".

Kesimpulannya setidaknya dari sudut pandang penulis survey LSI di atas ibarat waktu barulah fajar menyingsing sementara pilkada di waktu magrib. Antara waktu fajar ke magrib bisa terjadi cuaca makin cerah, atau awan makin gelap, terjadi puting beliung bahkan mungkin tsunami politik.


Terkait hasil rapat pleno partai Golkar yang diperluas di atas dan menurut sejumlah media online dijaga ketat aparat kepolisian telah diputuskan bahwa Musda  Partai Golkar akan digelar tanggal 16 Juli 2020. Pilihan waktu inilah salah satu point krusial untuk membaca kemungkinan siapa  kelak akan terpilih menjadi ketua DPD partai Golkar. Karena itu,  hampir dipastikan akan terjadi tarik tambang politik yang sangat keras untuk mengulur waktu Musda di satu pihak dan di pihak lain Musda tetap berlanjut sesuai keputusan rapat pleno yang diperluas di atas.


Pilihan moderat bagi partai Golkar untuk menghadapi kontestasi pilkada 2020 dengan pendekatan "power sharing" secara proporsional dan menghindari opsi politik ekstrim "the winning takes all",  pemenang ambil semua.  Jika pilihan terakhir yang dipilih dalam pandangan penulis partai Golkar ibarat tali tambang berpotensi putus karena saling adu kuat ditarik ujungnya. Tentu implikasi politiknya tidak sederhana untuk dibaca kemungkinannya dalam konstruksi pilkada 2020,  bahkan sulit kembali.dirajut tali temalinya.


Inilah takdir sejarah politik paling buram partai Golkar Indramayu, rejim penguasa politik nyaris tunggal selama 20 tahun terakhir. Pertanyaan penutupnya mampukah partai partai non Golkar merebut momentum ini dan tidak sibuk mengejar fatamorgana politik  saling zig zag satu sama lain atau pasangan Independen (jika lolos verifikasi faktual) mampu menorehkan sejarah baru dalam politik di Indramayu atau kah justru partai golkar mampu kembali rebound memenangkan pilkada imy 2020.


Mari kita tunggu sambil mengingatkan bahwa politik adalah "Tashorruful Imam 'ala al roiyah manutun bil maslahah",  hanya alat kuasa mensejahterakan rakyat. IPM Indramayu paling rendah di Wilayah III Cirebon menunggu sentuhan para politisi karena sekali lagi politik adalah jalan pengabdian bukan jalan memburu kenikmatan.

Semoga bermanfaat.
 

TAG#ADLAN DAIE

190233106

KOMENTAR