Akademisi Ungkap Alasan Daya Tarik Ganjar Meningkat Usai Debat Ketiga

Binsar

Friday, 12-01-2024 | 08:54 am

MDN
Daya tarik terhadap calon presiden nomor urut tiga Ganjar Pranowo meningkat usai debat ketiga, 7 Januari 2024 lalu [ist]

 

Daya tarik terhadap calon presiden nomor urut tiga Ganjar Pranowo meningkat usai debat ketiga, 7 Januari 2024 lalu. Padahal, sebelumnya, sejumlah lembaga survei merilis hasil sebaliknya untuk eks gubernur Jawa Tengah itu.

 

Lantas, faktor apa saja yang menyebabkan daya tarik Ganjar meningkat? Beberapa akademisi menyebut beberapa hal yang menjadi penyebab naiknya daya tarik capres ini.

 

Pengamat politik dari Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Surokim Abdussalam menyebut, salah satu faktor penyebabnya adalah adanya saling serang dan banyah-membantah antara kubu capres nomor urut satu Anies Baswedan dengan kubu capres nomor urut dua Prabowo Subianto. Kondisi tersebut, menurut Surokim, menguntungkan pasangan calon nomor urut 3 Ganjar Pranowo dan Mahfud MD.

 

"Jika dua kutub itu terus bertabrakan tiada henti justru pasangan Ganjar Mahfud yang akan diuntungkan," tegas Surokim, Kamis (11/1).

 

Surokim menjelaskan, elektabilitas itu tidak statis, tetapi selalu dinamis sesuai sentimen positif yang didapat oleh tiap capres dan cawapres. Dalam konteks budaya, lanjut Surokim, masyarkat Indonesia tidak suka dengan hal-hal yang ekstrim. Karena itu, faktor-faktor esktrim apapun yang terjadi di kubu salah satu pasangan, akan dengan mudah mempengaruhi elektabilitas pasangan tersebut.

 

 

"Masyarakat Indonesia yang high context culture sebenarnya tidak menyukai hal yang ekstrim dan lebih senang hal yang moderat," jelas dia.

 

Ia melanjutkan, elektabilitas Ganjar-Mahfud bisa rebound jika faktor mikro dan makro bisa didapat dan dijaga.  

 

“Jika kedua faktor itu bisa didapat maka potensi untuk bisa rebound sangat mungkin terjadi. Belum lagi faktor-faktor nonteknis yang juga bisa memengaruhi situasi menjadi tidak normal," tambahnya.

 

Senada dengan Surokim, dosen Komunikasi Politik, Universitas Multimedia Nusantara (UMN), Silvanus Alvin menyoroti aksi interaktif para kandidat capres-cawapres di media sosial dengan warganet, salah satunya yakni cawapres nomor urut 3 Mahfud MD.

 

Belakangan, cawapres Mahfud MD giat berkampanye di sosial media. Dia memiliki program Tabrak Prof yang isi content-nya menggunakan kata-kata gaul, seperti bestie. 

 

“Sekarang saya menyesuaikan diri. Saya bukan lagi Hakim, tetapi harus bicara dengan masyarakat, Maka acara seperti ini (Tabrak, Prof!), ya kami adakah untuk bicara-bicara apa yang lagi nge-trend, lewat TikTok, YouTube, macam-macam,” tegas Mahfud.

 

 

Menurut Silvanus, saat ini, media sosial telah menjadi lahan baru dalam menggaet pemilih yang kemudian memberikan suaranya di hari pemilihan nanti. 

 

“Prosesnya pertamanya adalah media sosial menjadi lahan untuk membangun narasi serta citra positif karena media sosial berbeda sekali arsitekturnya dengan media pers,” jelas Alvin. 

 

Media sosial, kata dia, memberikan ruang yang luas untuk menyampaikan pesan-pesan politik, termasuk program-program yang pro rakyat. Penonton atau pemirsa sosial media menyerap informasi tersebut lebih luas. 

KOMENTAR