Antisipasi Resesi Tahun 2023, Dunia Belum Kiamat
JAKARTA, INAKORAN
Hantu ekspektasi inflasi, akibat pengurangan subsidi untuk bahan bakar minyak, ketidakpastian ekonomi global dan kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika menimbulkan berbagai spekulasi bahwa tahun 2023 menjadi kiamat.
Resesi tahun 1998, memukul dunia usaha, berimbas pada pengurangan karyawan secara besar-besaran ditambah nilai tukar dolar melambung ke harga 15 ribu per 1 dolar Amerika Serikat.
Kondisi tahun 1998, dibawah rezim Suharto, amatlah berbeda dengan wajah perekonomian Indonesia pada hari-hari ini hingga 2023.
baca:
DJPPR Terbitkan ORI022, Investasi Aman dan Menguntungkan
Meski demikian tetap waspada kata Srimulyani, Menteri Keuangan pada beberapa waktu lalu.
Jika Resesi (amit-amit) warga bangsa perlu mitigasi jika kondisi chaos ekonomi itu terjadi, lanjutkan hidup...
1. Atur Ulang Pos Pengeluaran
Supaya lebih terjaga uangnya dari keborosan, alangkah baiknya mengatur ulang anggaran. Mulai memisahkan pos yang merupakan kebutuhan pokok dan mana yang merupakan pos yang merupakan keinginan.
Mungkin bisa mulai mengurangi pos leisure seperti nongkrong atau nonton atau traveling. Bisa dikurangi bukan dihilangkan, bisa dikurangi biayanya atau intensitasnya. Dalam menentukan ulang pos anggaran pengeluaran, bisa dilakukan juga cek kesehatan keuangan sederhana. Contohnya cek rasio tabungan, utang terhadap pengeluaran, dan rasio likuiditas.
2. Berhemat
Meski resesi belum benar-benar terjadi, tetapi alangkah baiknya kebiasaan hidup hemat mulai dilakukan. Belilah kebutuhan seperlunya saja, terutama kebutuhan pokok. Tujuannya adalah agar bisa memiliki uang lebih yang bisa dialokasikan untuk hal hal lain seperti dana darurat, melunasi atau mengurangi utang, dan investasi.
3. Cari Pendapatan Lain, Investasi dan Menabung
Menghemat mungkin saja bisa menjaga keuangan saat terjadi resesi. Namun akan lebih aman jika menambah aliran kas masuk atau pendapatan untuk makin memperkokoh kesehatan keuangan pribadi.
Jika ada kelebihan uang jangan kemudian langsung dikonsumsi. Tabunglah dan investasilah. Menabung bisa dilakukan di rekening terpisah untuk dana jaga-jaga atau kejadian tidak terduga dan likuid atau cepat cair.
Investasi juga bisa dilakukan di aset minim risiko seperti deposito, reksa dana pasar uang, reksa dana pendapatan tetap, atau obligasi negara ritel, atau Surat Berhaarga Negara (SBN).
4. Mengurangi atau Melunasi Utang
Saatnya mengurangi utang. Buat utang seminim mungkin untuk berjaga-jaga misalnya terjadi resesi.
Proporsi utang terhadap pengeluaran bulanan yang sehat sekitar di bawah 30%. Namun karena mau menghadapi resesi, lebih konservatif juga lebih baik. Misalnya rasio utang terhadap pengeluaran sampai 20%.
Pastikan dalam membayar utang mulai dari yang berbunga besar. Karena bunga yang tinggi bisa berpengaruh pada arus kas keluarga saat mengalami masalah keuangan.
Hal ini bertujuan agar tidak membebani pengeluaran saat (amit-amit) terjadi resesi.
5. Mulai Siapkan Dana Darurat
Dana darurat yang ideal adalah untuk 3-6 bulan dalam memenuhi kebutuhan. Mumpung belum sampai resesi, masih ada waktu untuk segera mengumpulkannya.
Saat terjadi resesi dan (amit-amit) terkena pengurangan gaji atau bahkan PHK, dana darurat ini yang nantinya bisa menggantikan pendapatan yang hilang.
6. Asuransi
Mencegah lebih baik daripada mengobati. Itulah kenapa harus menyiapkan asuransi. Asuransi yang dipilih bisa kesehatan dan jiwa dalam menghadapi resesi jika terjadi.
Misalnya ada musibah seperti terkena penyakit yang mengharuskan dirawat dan membutuhkan dana besar, asuransi akan jadi pelindung. Begitu juga saat pencari nafkah terkena musibah hingga merenggut nyawa, asuransi yang akan memberi perlindungan terhadap keluarga yang ditinggalkan. Sehingga kebutuhan pokok masih dapat terpenuhi meskipun musibah menghampiri.
TAG#Resesi, #keuangan, #SBN, #REKSADANA
188757915
KOMENTAR