Harga Minyak Global Naik: Dampak Kesepakatan Dagang AS-Uni Eropa

Jakarta, Inakoran
Harga minyak dunia kembali menguat tajam menyusul perkembangan geopolitik dan ekonomi global, khususnya dari Amerika Serikat dan Uni Eropa. Dua faktor utama yang menjadi pendorong adalah kesepakatan dagang antara AS dan Uni Eropa serta ultimatum Presiden AS Donald Trump terhadap Rusia untuk mengakhiri perang di Ukraina.
Mengutip laporan Reuters pada Selasa (29/7/2025), harga minyak jenis Brent naik US$1,60 atau 2,3% menjadi US$70,04 per barel. Sementara itu, minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) menguat US$1,55 atau 2,4%, menyentuh US$66,71 per barel.
Kenaikan ini menjadi yang tertinggi dalam 10 hari terakhir. Pemicunya adalah pernyataan mengejutkan dari Presiden Trump yang mempersingkat tenggat waktu bagi Rusia, dari 50 hari menjadi hanya 10–12 hari, untuk menarik pasukan dari Ukraina—jika tidak ingin terkena sanksi tambahan.
Salah satu pendorong utama penguatan harga minyak adalah kesepakatan dagang baru antara AS dan Uni Eropa. Dalam kerangka kerja yang diumumkan Trump pada Minggu (27/7/2025), AS menetapkan tarif impor sebesar 15% untuk sebagian besar barang dari Eropa.
BACA JUGA:
Rekomendasi Saham Pilihan Hari Ini: Selasa (29/72025)
Harga Emas Antam Anjlok Rp 8.000: Selasa (29/7/2025)
Harga Minyak Mentah Menguat Tipis: Jumat (25/7/2025)
Namun, bagian paling krusial adalah komitmen Uni Eropa untuk membeli energi dari AS senilai US$750 miliar dalam beberapa tahun ke depan. Analis Price Futures Group, Phil Flynn, menilai langkah ini akan mengurangi ketergantungan Eropa terhadap energi Rusia sekaligus memperkuat posisi Amerika sebagai eksportir energi global.
“Kesepakatan ini tidak hanya menguntungkan produsen energi AS, tetapi juga meningkatkan tekanan terhadap Presiden Putin untuk segera bernegosiasi,” ujar Flynn.
Sentimen positif juga datang dari kemajuan perundingan dagang antara AS dan China. Kedua negara dikabarkan tengah melanjutkan pembicaraan di Stockholm sejak Senin (28/7/2025), untuk memperpanjang masa gencatan tarif menjelang tenggat 12 Agustus.
Menurut Tony Sycamore, analis pasar dari IG, gabungan dari kesepakatan AS-Uni Eropa dan potensi perpanjangan gencatan dagang AS-China menciptakan sinyal positif bagi pasar energi global.
Meski pasar tengah menikmati penguatan, analis PVM, Tamas Varga, memperingatkan bahwa penguatan dolar AS dan penurunan permintaan minyak dari India bisa tetap menjadi faktor yang menekan harga.
Di sisi lain, dari segi suplai, panel pengawas OPEC+ pada Senin (28/7/2025) kembali menegaskan pentingnya kepatuhan penuh terhadap kuota produksi. Delapan negara anggota OPEC+ dijadwalkan menggelar pertemuan lanjutan pada Minggu (3/8/2025) guna memutuskan potensi peningkatan produksi mulai September.
Dalam laporannya, ING memperkirakan bahwa OPEC+—yang mencakup negara-negara OPEC dan sekutunya seperti Rusia—akan menyelesaikan pemulihan penuh terhadap pengurangan produksi sukarela sebesar 2,2 juta barel per hari pada akhir September 2025.
KOMENTAR