Bank Bukopin Fokus Salur Kredit Koperasi Berawal Di Semarang & Solo
Jakarta, Inako
Pengusaha Kecil dan Menengah yang tergabung dalam wadah koperasi menjadi fokus penyaluran kredit dari PT Bank Bukopin Tbk. (BBKP) saat ini. Sedikitnya terdapat 100 koperasi dengan jumlah debitur 10.000 orang yang telah direvitalisasi menjadi bagian dari program kredit swamitra bank tersebut.
Revitalisasi Swamitra dilakukan untuk menyempurnakan model bisnis dan memperkuat segmen ritel. Dengan perubahan tersebut, Bukopin berfokus kepada koperasi-koperasi yang memiliki anggota yang bergerak dalam usaha sejenis, seperti koperasi pasar (Kopas). jelas Heri Purwanto, Direktur UMKM Bank Bukopin.
“Kita baru menyalurkan kredit di Semarang dan Solo, piloting memang masih di Jawa. Targetnya sampai akhir tahun bisa memberikan pembiayaan ke 100 koperasi, dengan jumlah debitur 10.000-an orang,” tuturnya di sela kegiatan Hari Koperasi Nasional di Purwokerto, Jumat (12/7/2019).
Swamitra, sebagai program kemitraan Bukopin dengan koperasi, sejatinya sudah diluncurkan sejak 1997. Pada 12 Juli 2018, Swamitra diresmikan oleh Presiden RI ke-3, B. J. Habibie.
“Kali ini, kami lebih fokus ke koperasi dengan usaha sejenis, seperti koperasi susu Sapi di Boyolali, atau koperasi Mebel di Sukoharjo, itu menjadi segmen-segmen yang potensial,” imbuhnya.
Menurut Heri, program Swamitra memungkinkan anggota koperasi mendapatkan kredit pada hari yang sama saat pengajuan. Nominal kredit Swamitra berkisar Rp500.000—Rp50 juta, bunga sekitar 3% per bulan, dengan tenor pinjaman hingga 1 tahun.
Syarat kredit pun terbilang mudah. Pertama, calon debitur merupakan anggota koperasi. Kedua, memiliki usaha dengan lapak yang tetap. Ketiga, ada agunan seperti tempat usaha.
Namun, agunan tersebut juga tidak memberatkan, misalnya, pedagang di pasar dapat menjaminkan haknya atas lapak kios. Bahkan, pedagang yang mangkal di trotoar juga bisa mengagunkan haknya atas trotoar, asalkan dia membayar retribusi tempatnya secara resmi.
“Kalau yang tempat dagangnya pindah-pindah masih belum bisa. Yang jelas, program Swamitra ini juga menyasar segmen yang non bankable, tetapi visible,” tuturnya.
Dia mencontohkan, tukang gorengan dengan omzet Rp300.000 per hari terkadang membutuhkan modal untuk menambah gerobaknya. Dengan perkiraan pendapatan tersebut, tukang gorengan bisa mendapatkan kredit hingga Rp5 juta.
188728560
KOMENTAR