Beda Nasib China dan Singapura Saat Ada di Tengah Pandemi Covid-19

Sifi Masdi

Friday, 17-07-2020 | 18:29 pm

MDN
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi China [ist]

Jakarta, Inako

Penyebaran wabah virus corona atau pandemi Covid-19 telah memperburuk kondisi ekonomi  di sejumlah negara, termasuk China dan Singapura. Pertumbuhan ekonomi China sempat mengalami minus 6,8%, begitu juga Singapura gara-gara Covid-19.

Namun saat ini China secara perlahan-lahan mulai keluar dari ancaman krisis menuju kestabilan ekonomi. Hantaman Covid-19 memang sempat terasa dampaknya selama Kuartal-I 2020 sehingga pertumbuhan ekonomi sempat sentuh minus 6,8%. Tetapi memasuki  Kuartal-II 2020 ekonomi China mulai menggeliat.

BACA JUGA: Kasus COVID-19 Kembali Meningkat, Pemerintah Australia Larang Warga Menari Saat Pesta Pernikahan

Laporan Biro Statistik Nasional (National Bureau of Statistics/NBS), China, yang dirilis Kamis (16/7) kemarin, mengungkapkan Produk Domestik Bruto (PDB) China pada kuartal kedua tahun ini melonjak 11,5% secara kuartal ke kuartal (quarter to quarter/qtq) April-Juni. Pertumbuhan itu melebihi ekspektasi yakni naik 9,6% setelah kuartal sebelumnya turun 9,8%

Sementara secara tahunan, ekonomi China tumbuh 3,2% (yoy) pada kuartal II 2020. Hal ini menandakan ekonomi China mulai pulih dari kontraksi terburuknya yang terkoreksi minus 6,8%, di kuartal I 2020. Itu adalah kontraksi pertama sejak 1992 ketika perhitungan PDB triwulanan dimulai.

BACA JUGA: China Berencana Hentikan Bergantung pada Dolar AS

Ekonomi China kembali pulih setelah negara tersebut mengambil kebijakan menghapus lockdown atau penguncian wilayah  yang sebelumnya diterapkan untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona.

Dalam dua bulan terakhir ini, negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia itu telah pulih secara perlahan-lahan, meski tidak merata di setiap wilayah.

Beda dengan Singapura

Keberuntungan yang dialami China ternyata tidak dirasakan oleh Singapura. Berdasarkan data yang dirilis Reuters, Rabu (15/7) lalu, negara kota tersebut tercatat mengalami resesi pertama sejak tahun kemerdekaan 1965, di mana secara tahunan ekonomi minus 12,6%. Dampak Covid-19 begitu dalam terhadap perekonomian Singapura.

BACA JUGA: Keunggulan kompetitif Hong Kong tumpul oleh badai AS-Cina

Ekonomi Singapura mengalami kontraksi 41,2% di kuartal-II 2020 jika dibandingkan dengan kuartal-I 2020 (QtQ). Ini lebih dalam dari survei Reuters 37,4%.

Saat ini Singapura berharap pemulihan ekonomi di China bisa membawa dampak positif terhadap Singapura. Harapan itu memang bukan mengada-ada. Pasalnya, seperti diketahui bahwa China merupakan salah satu pengekspor dan pengimpor terbesar di dunia. Oleh karena itu, dengan pulihnya perekonomian China dan lolosnya Negara Panda tersebut dari jerat resesi maka akan berpengaruh positif bagi perekonomian global, termasuk Singapura.

Ketika ekonomi berangsur-ansur pulih maka hal tersebut membuat investor optimis untuk masuk pasar keuangan kembali, sehingga ketika aset-aset berisiko dan aset pendapatan tetap (fixed income) mendapatkan manfaat dari situasi ini.

 

 

KOMENTAR