China Berencana Hentikan Bergantung pada Dolar AS
Jakarta, Inako
Hubungan memanas antara China dan Amerika Serikat (AS) mulai dari perang dagang hingga masalah virus corona atau Covid-19, membuat China mengurangi ketergantungan dolar dan menaikkan pamor mata uang yuan.
Keberanian China menaikkan pamor yuan setelah perekonomian perekonomian China mulai bangkit dari keterpurukan. Sektor manufaktur China bahkan hanya sekali berkontraksi, pada bulan Februari lalu. Tetapi setelah itu pertumbuhan manufaktur mencatat ekspansi dalam 4 bulan beruntun.
Pemerintah China hari ini, Kamis (16/7/2020), melaporkan data produk domestic bruto (PDB) China periode April-Juni tumbuh 3,2% year-on-year (YoY. Pertumbuhan tersebut jauh lebih tinggi dari hasil polling Reuters menunjukkan bahwa PDB diperkirakan hanya akan tumbuh 2,5% YoY.
Pertumbuhan tersebut tentunya menandai kebangkitan ekonomi China, setelah berkontraksi alias minus 6,8% YoY di kuartal I-2020, menjadi yang terburuk sepanjang sejarah.
Kebangkitan ekonomi China pasca pandemi Covid-19 tersebut memicu penguatan nilai tukar yuan atau yang disebut juga renminbi.
Pada 27 Mei lalu, yuan menyentuh level 7,1681/US$ yang merupakan level terlemah sejak September 2019 kala menyentuh level 7,1786/US$.
TAG#China, #Amerika Serikat, #Pandemi Covid-19, #Dolar AS, #Yuan, #PDB China, #Inakoran.com
188634658
KOMENTAR