Berikut Penjelasan Pakar Soal Pasutri Yang Sulit Mendapatkan Momongan

Binsar

Monday, 10-09-2018 | 07:33 am

MDN
Ilustrasi [ist]
"Berikut pendapat pakar tentang penyebab pasangan suami istri yang mengalami kesulitan mendapatkan momongan"

 

Bandung, Inako –

Setiap pasangan yang menikah, pasti ingin memiliki anak atau momongan. Namun, faktanya banyak pasangan suami istri yang sulit memiliki anak, meski telah menikah belasan tahun.

Secara awam, keadaan itu ditafsir macam-macam. Tentu saja, kita tidak perlu mencegah orang berkata apa tentang keadaan yang dialami pasangan suami istri macam itu. Namun, secara medik, kita sebaiknya bertanya kepada orang yang memang memiliki kompetensi keilmuan tertentu untuk menjawab pertanyaan itu.

Dosen jurusan Biologi di Fakultas Sekolah Ilmu Teknologi Hayati (SITH) Institut Teknologi Bandung (ITB) yang juga Embriolog di Klinik Morula IVF Melinda RS Melinda 2 Bandung Deti Nurdianti menyebutkan, ada beberapa faktor yang menyebabkan pasutri sulit mendapatkan buah hati.

Menurut Deti, pasutri yang sulit memiliki anak disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor pertama dari sisi perempuan. Kaum perempuan itu telah memproduksi sel telur sejak dia berada di dalam ibunya.

Ia melanjutkan, sel telur itu diproduksi dan berhenti saat dewasa. Ketika dia menstruasi, maka sel telur perempuan berkurang setiap bulan. Perempuan akan manupouse atau tidak subur lagi saat menginjak usia di atas 40 tahun karena cadangan telur di ovarium sudah tidak ada, habis.

Kedua, organ kedua yang menentukan adalah saluran telur yang normal terbuka sampai ke rahim. Jika ada gangguan di saluran telur, seperti ada blok atau perlengketan. Sehingga, bagaimana sel telur bisa bertemu dengan sperma jika terjadi penyumbatan di saluran telur.

Selanjutnya, dirahim yang berkaitan dengan hormon. Awam menyebut dengan istilah, rahimnya tidak kuat sehingga seorang perempuan tidak bisa hamil. Itu sebetulnya, hormonal. "Artinya, rahim secara hormonal tidak mampu mencarikan tempat yang cocok bagi embrio untuk menempel dan berkembang," kata Deti ditemui di Klinik Morula IVF Melinda RS Melinda 2 Bandung, Jalan Dr Cipto.

 

Dari sisi pria, ungkap dia, faktor penyebabnya hampir sama. Testis sebagai produsen. Namun laki-laki memproduksi sperma terus menerus sampai usia tua. Kecuali, ada gangguan eksternal, misalnya yang bersangkutan mengonsumsi obat-obatan yang menggangu hormon, produksi sperma akan berhenti.

Deti mengemukakan, gangguan reproduksi pada pria juga bisa terjadi pada saluran sperma. Jika terjadi gangguan, seperti sumbatan dan lain-lain pada saluran sperma, hasil produksi testis berupa sperma tidak bisa dikeluarkan sehingga tidak bisa membuahi sel telur.

“Kami sering menemukan kasus, cairan ejakulasi dari pria ada, tetapi tidak mengandung sel sperma. Kalau ada yang seperti itu, dokter ahli urolog akan mengambil tindakan mengambil langsung sel sperma dari pabriknya, yaitu testis. Namun dari tindakan ini, kami tidak bisa berharap mendapatkan sel sperma yang bagus. Terlihat bergerak saja sudah cukup,” kata Deti.

 

KOMENTAR