Bisnis Properti Semakin Tak Menentu di Tengah Serangan Virus Corona

Sifi Masdi

Thursday, 09-04-2020 | 12:14 pm

MDN
Deretan gedung perkantoran di Jakarta [inakoran.com]

Jakarta, Inako

Sejak Indonesia diserang virus corona (Covid-19), bisnis properti langsung lesu, mulai dari apartemen, hotel, hingga perkantoran. Berikut ini akan dilihat dari perkembangan ketiga sektor in ditengah pandemic Covid-10.

1. Apartemen

Sepanjang kuartal I-2020 ini penjualan property disegmen apartemen semakin sepi. "Penjualan apartemen memang menurun, hunian juga berkurang, salah satunya memang karena adanya virus corona, tapi di sisi lain karena memang selama kuartal I-2020 ini tidak ada tambahan pasokan sama sekali,” ujar Senior Associate Director Colliers Ferry Salanto, Rabu (8/1/2020).

BACA JUGA: Rumah Bersejarah Kerek Harga sebuah Properti di Amerika Serikat

Ferry  mengungkapkan bahwa penyebab lesunya penjualan apartemen saat ini karena banyaknya proyek-proyek apartemen yang dipesan belum bisa lanjut diselesaikan. Berapa proyek terpaksa dihentikan karena virus corona.

Gedung Pekantoran [inakoran.com]

 

Berdasarkan laporan riset Colliers International soal Pasar Properti Jakarta dan Hotel Bali untuk Kuartal I-2020, tingkat serapan penjualan apartemen di Jakarta pada kuartal I-2020, rata-rata mengalami penurunan dari kuartal sebelumnya dari level 87,2% menjadi 85,5%.

BACA JUGA: Kementerian PUPR Luncurkan 9.000 Unit Bantuan Rumah Komunitas di 2020

2. Hotel

Hotel merupakan salah satu indrusti properti yang paling terpukul akibat pendemi Covid-19.

Berdasarkan laporan riset Colliers International soal Pasar Properti Jakarta dan Hotel Bali untuk Kuartal I-2020, tingkat okupansi hotel di Jakarta hingga Februari 2020 sebenarnya masih menunjukkan peningkatan dari rata-rata 58% menjadi 60%. Akan tetapi, mulai terasa sangat menurun di bulan Maret 2020 saat pemerintah mengumumkan kasus ini di Indonesia.

BACA JUGA:  5 Hotel Terbaik di Batam, yang Tarifnya Masih di Bawah Rp 1 Juta Per Malam

Menurut Ferry, industri hotel di Bali sudah menunjukkan penurunan tingkat hunian dan harga sewa secara drastis sejak Februari 2020 lalu. Tingkat okupansi hotel di Bali turun dari rata-rata 70% menjadi 50%. Demikian pula harga sewa, turun dari rata-rata US$ 125 atau setara Rp 2 juta menjadi US$ 90 atau setara Rp 1,44 juta.

3. Perkantoran

Perkantoran merupakan salah satu sektor bisnis properti yang diramalkan bakal ditinggalkan di masa depan. Pasalnya, sejak imbauan kerja dari rumah (work from home/WFH) demi mencegah penyebaran virus Corona (COVID-19), bisnis perkantoran mulai terpuruk. 

BACA JUGA: Dubai Segera Miliki Hotel Tertinggi di Dunia

Kondisi ini akan membuat perusahaan berpikir ulang soal keberadaan kantor. Diperkirakan banyak perusahan bakal menerapkan sistem WFH dan meninggalkan perkantoran, karena selain efektif tapi juga produktif.

Gedung Perkantoran [inakoran.com]

 

"Kalau sekarang (okupansi) minus, otomatis akan semakin berat bagi office. Ditambah lagi kalau WFH berlanjut cukup lama, ini akan jadi protokol yang dijalankan semua perusahaan. Ini akan dianalisa, kalau WFH cukup produktif, kalau ini efektif bagi beberapa divisi dan departemen, WFH berlanjut, artinya demand office akan menurun," ujar Senior Director Office Services Colliers International Bagus Adikusumo, Rabu (8/4/2020).

 

KOMENTAR