Strategi Investasi setiap Orang Tidak Sama dan Faktor Psikologis Sebagai Latar
JAKARTA, INAKORAN
Mendapatkan uang entah dari gaji atau bisnis adalah satu hal, mengelolanya untuk meningkatkan nilai di masa datang adalah hal lain lagi. Faktor psikis manusia berperan penting dalam memilih jenis investasi dan strategi investasi agar uang memberikan imbal hasil yang optimum.
Faktor yang mendorong pengambilan keputusan investasi menurut Morgan Housel, Penulis Buku Psychology of Money adalah pengalaman masa lalu seseorang.
Melalui buku ini, Morgan memberikan pandangan dan sarannya terkait investasi. Menurutnya, setiap investor sebaiknya memilih strategi yang berpeluang paling besar berhasil mencapai tujuannya. Baik itu investasi reksadana indeks, saham, atau instrumen keuangan lainnya (emas digital) surat berharga negara (SBN) perlu disesuaikan dengan keadaan dan tujuan keuangan masing masing.
Pola Pikir tentang Uang
Perilaku seseorang dalam mengelola uang berbeda-beda bergantung dari pengalaman hidupnya masing-masing. Biasanya, muncul pertanyaan seperti ini, “Kenapa sulit sekali mengambil keputusan terkait keuangan?”
Menurut buku ini, itu terjadi karena sebagian orang masih baru dan masih belajar dalam memahami berbagai instrumen keuangan yang baru lahir belum lama ini.
Pada 1980-an, gagasan bahwa semua orang berhak mendapatkan masa pensiun yang nyaman baru banyak dibicarakan. Hal ini yang membuat gagasan tabungan pensiun mulai mencuat.
baca:
AI untuk Meningkatkan Produktivitas dan Efisiensi
Di samping itu, pinjaman dana kuliah yang inflasinya tergolong tinggi mulai meningkat dalam 20 tahun terakhir.
Berikut ini beberapa mindset tentang uang yang menurut Morgan lebih mengandalkan psikologi dari pada pengetahuan teknis tentang uang.
Menurut Morgan, untuk bisa tetap kaya dan berhasil menyimpan uang, investor perlu kerendahan hati dan paranoia (rasa takut) kehilangan atas apa yang sudah didapat. Dengan kata lain, hidup hemat.
Kekayaan (wealth) adalah apa yang tidak terlihat. Yaitu, aset yang masih tersimpan atau harta yang masih belum ditentukan untuk membeli sesuatu.
Morgan mendefinisikan kekayaan (wealth) dengan penumpukan dan tidak berlebihan dalam membelanjakan uang.
Perlu perencanaan dan niat untuk menabung. Salah satu caranya adalah dengan mengurangi impulsif sesaat dan acuh terhadap pandangan orang lain. Karena tidak selalu harus mengikuti tren. Tidak perlu alasan tertentu untuk menabung. Menabunglah sebagai safety net dan jangan diganggu apabila tidak diperlukan.
Waktu Adalah Kunci Investasi
Morgan Housel mencontohkan ini dengan kisah fenomenal Warren Buffet, seorang jenius dalam hal manajemen dan investasi saham.
Konon, ia mulai berinvestasi sejak usia 10 tahun. Dan di usia 30 tahun, harta yang dimilikinya mencapai $1 juta atau $9.3 juta (disesuaikan dengan inflasi).
Lalu pada usia 50 tahun, kekayaan Warren Buffett sudah mencapai $84.2 miliar.
Bila dibandingkannya dengan orang normal yang baru berinvestasi di usia dewasa dan ditambah dengan hasil investasi tahunan yang luar biasa, hasilnya diperkirakan baru akan mencapai puluhan juta dolar.
Pelajaran dari kisah fenomenal Warren Buffet ini adalah keberhasilan finansialnya berhubungan dengan lama waktu investasi dan panjang usia investasinya.
Morgan Housel menyimpulkan bahwa keahlian Buffet memang investasi, tapi rahasia sebenarnya adalah penumpukan dana dan kuncinya adalah “waktu”.
Teori dan Pengalaman
Secara teori, keputusan investasi sebaiknya dibuat berdasarkan tujuan keuangan dan instrumen investasi yang mendukung pencapaian hasil terbesar. Namun, kenyataannya, bukan itu yang dilakukan oleh kebanyakan orang.
Para ahli ekonomi menemukan bahwa keputusan berinvestasi seseorang sangat terikat dengan pengalaman di generasinya.
Misalnya saja, seseorang yang tumbuh dewasa ketika inflasi sedang tinggi, akan menginvestasikan lebih sedikit uang di obligasi.
Sedangkan seseorang yang tumbuh dewasa ketika pasar saham kuat, akan lebih condong menginvestasikan uangnya lebih banyak di pasar saham.
Ada beberapa poin yang bisa jadi mindset baru dalam melakukan investasi, yaitu:
1. Kurangi fokus mempelajari individu tertentu karena investor cenderung mempelajari contoh yang ekstrem. Misalnya saja, mempelajari CEO Warren Buffet atau investor sukses lainnya yang berhasil dengan berbagai macam kompleksitas dan keberuntungannya. Sebab, keberuntungan tidak dapat ditiru.
Sebagai gantinya, cukup pelajari pola umum keberhasilan dan kegagalan yang ia alami. Semakin umum polanya, semakin mudah untuk diterapkan dalam berinvestasi.
2. Keberuntungan dan risiko adalah dua sisi koin yang sama. Risiko dalam berinvestasi sudah menjadi bagian yang harus dihadapi saat mencoba belajar mengenai cara terbaik mengelola uang.
3. Penting untuk mengetahui kapan merasa “cukup”. Perlu tahu kapan waktunya untuk berhenti mengambil risiko yang tidak sepadan dengan hasilnya.
4. Tidak ada yang gratis, sebagian barang hanya “tidak tertera” harganya. Pandang naik-turun investasi sebagai biaya yang harus dibayar, bukan denda yang memberatkan.
5. Keberhasilan sebagai investor akan ditentukan oleh bagaimana cara dalam menanggapi momen menguntungkan yang bisa melipatgandakan nilai investasi masa depan.
6. Terapkan strategi keuangan yang bisa membuat tetap tidur nyenyak di malam hari. Bangun hubungan emosi yang sehat dengan investasi agar tidak menjadi beban pikiran di tengah ketidakpastian masa depan dan prakiraan ekonomi. Dan mendapatkan kendali atas waktu adalah salah satu kunci kebahagiaan yang bisa dicapai.
Morgan menyatakan bahwa tidak ada kebenaran universal dalam keuangan. Yang ada adalah strategi yang ampuh untuk sebagian orang, dan mungkin tidak bagi sebagian yang lain. Jadi, dia mengajak pembaca untuk mencari apa yang ampuh bagi mereka.
Ia juga menuliskan pengakuannya terkait apa yang ampuh bagi dirinya sendiri dan keluarganya. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut ini:
1. Morgan tidak mengejar kekayaan. Ia berpegang pada apa yang dikatakan oleh Charlie Munger, “Saya tak ingin jadi kaya. Saya hanya ingin jadi mandiri.” Karena itu, ia tidak begitu tertarik untuk mengejar hasil terbesar atau menjaminkan aset untuk hidup semewah mungkin. Ia lebih menyukai menabung tanpa tujuan tertentu, dan membiarkan waktu menggandakan nilainya.
2. Ia menghentikan kenaikan standar dan gaya hidup, meskipun pendapatannya mulai meningkat. Ia menabung dan menginvestasikan sisa uangnya sebagai gantinya.
3. Setiap kali menerima gaji, ia dan istrinya menginvestasikan uang tersebut ke dalam reksadana indeks (kombinasi saham AS dan Internasional). Namun, tidak ada sasaran tertentu dan jumlahnya berasal dari sisa pendapatan setelah dibelanjakan. Mereka juga mempersiapkan dana pensiun dan biaya kuliah anak-anaknya dengan reksadana yang sama.
TAG#PSIKOLOGI UANG, #UANG, #KAYA
211691068







KOMENTAR