Ekonom Perkirakan BI akan Perketat Kebijakan Moneter
Jakarta, Inako
Ekonom memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan mempertimbangkan kebijakan yang pre-emptive dalam merespon perkembangan terbaru arah suku bunga AS pasca rapat FOMC 13-14 Juni yang lalu. Kebijakan tersebut dilakukan untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah yang belakangan ini terus mengalami pelemahan sebagai dampak dari kondisi ekonomi global.
Ekonom Permata Bank Josua Pardede mengatakan, Bank Indonesia diperkirakan akan tetap mendorong terjaganya stabilitas makroekonomi Indonesia secara khusus pada stabilitas nilai tukar rupiah dalam jangka pendek dan akan mempertimbangkan kebijakan yang pre-emptive dalam merespon perkembangan terbaru arah suku bunga AS pasca rapat FOMC 13-14Juni yang lalu.
Menurut Josua, pelemahan rupiah terhadap dollar AS saat ini lebih disebabkan karena faktor global. Penguatan dollar AS tersebut masih didorong oleh ekspektasi normalisasi kebijakan moneter bank sentral AS serta ketidakapstian isu perang dagang antara Amerika Serikat dan China
Kekhawatiran isu perang dagang tersebut telah mendorong pelemahan Yuan China yang memiliki dampak lanjutan pada sebagian besar mata uang Asia.
Selain fokus dalam stabilisasi rupiah dalam jangka pendek, BI diperkirakan akan memperketat kebijakan moneternya dengan mempertimbangkan pelebaran defisit transaksi berjalan pada tahun 2018 ke level 2,2-2,3% terhadap PDB.
"Ini terindikasi dari perkembangan neraca perdagangan yang mencapai defisit US$ 2,8 miliar sepanjang Januari-Mei 2018," ujarnya.
TAG#Bank Indonesia, #Moneter, #Rupiah, #Ekonomi Global, #Transaksi Berjalan, #Defisit
188624082
KOMENTAR