KSSK Tegaskan Indonesia Tidak Krisis

Inakoran

Thursday, 03-05-2018 | 01:23 am

MDN
Menteri Keuangan Sri Mulyani [ist]

Jakarta, Inako

Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) memastikan Indonesia tidak mengalami krisis seperti yang dibayangkan oleh banyak pihak, karena ekonomi masih akan tumbuh kuat pada tahun 2018. Penegasan ini sekaligus untuk menjawab keraguan terkait dengan perkembangan ekonomi nasional belakangan ini, terutama dengan pelemahan mata uang rupiah hingga ke titik terendah Rp 13.930 per dollar Amerika Serikat (AS) pada 26 April 2018.

Menurut Ketua KSSK yang juga Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, sistem keuangan Indonesia masih stabil walaupun banyak tekanan. Hal itu terindikasi dari investasi langsung yang masih tumbuh 11,8%. Daya beli masyarakat juga naik, terlihat dari inflasi inti sebesar 0,76% per kuartal I-2018.

Kegiatan industri juga meningkat seiring pertumbuhan impor barang modal dan bahan baku penolong. Lalu, sektor keuangan juga semakin gencar menyalurkan kredit. Pertumbuhan kredit perbankan pada Februari 2018 tercatat 8,2% year on year (yoy), lebih tinggi dari bulan sebelumnya hanya meningkat 7,4%.

Kesehatan industri perbankan, menurut KSSK, juga sangat fit. Rasio kecukupan modal perbankan tercatat 23,1% per Februari 2018, jauh dari batas minimal 8%. Sedangkan rasio likuiditas juga sehat di level 23%. Rasio kredit bermasalah terjaga rendah sebesar 2,9% gros atau 1,3% net.

"Berdasarkan penilaian terhadap perkembangan moneter, fiskal, makroprudensial, sistem pembayaran, pasar modal, pasar Surat Berharga Negara (SBN), perbankan, lembaga keuangan nonbank dan penjaminan simpanan, sistem keuangan masih stabil dan akan mendukung pertumbuhan ekonomi yang kuat tahun ini," terang Sri Mulyani seusai Rapat berkala KSSK di gedung BI, Senin (30/4)

Pelemahan rupiah belakangan menurutnya juga terjadi secara bersama-sama dengan mata uang lain. Hal itu merupakan imbas penguatan dolar Amerika Serikat terhadap hampir semua mata uang dunia. Penguatan dolar AS didorong oleh berlanjutnya kenaikan yield US Treasury (suku bunga obligasi negara AS) hingga mencapai 3,03% (tertinggi sejak tahun 2013) dan potensi kenaikan Fed Funds Rate lebih dari tiga kali pada tahun ini.

Namun, tekanan terhadap kurs rupiah sudah mulai terkendali. Volatilitas rupiah mulai berkurang bersamaan kebijakan Bank Indonesia melakukan intervensi pasar.

Fundamental ekonomi kuartal I-2018 dinilai tetap kuat, tercermin dari tingkat inflasi yang terjaga sesuai target 3,51%. Kondisi APBN yang terus terjaga dengan defisit anggaran dan defisit keseimbangan primer APBN yang jauh lebih kecil dibandingkan triwulan I-2017.

 

Baca juga:

 

 


 


Darmin Nilai Fundamental Rupiah Ada di Kisaran Rp 13.500-Rp 13.600 per Dollar AS

Jokowi Yakinkan Investor Terkait Fundamental Ekonomi Indonesia

Rizal Ramli dan Kwik Kian Gie Kritik Pemerintah Terkait Pelemahan Rupiah

 

 

 

 

 

 

KOMENTAR