Ekonomi Hijau Jalur Ekonomi dengan Tiongkok-KTT ASEAN
JAKARTA, INAKORAN
Negosiasi untuk memperbarui perjanjian perdagangan bebas antara negara-negara Asia Tenggara dan China hampir selesai setelah hampir dua tahun, para pemimpin kedua belah pihak mengumumkan pada hari Kamis (10 Oktober) selama pertemuan puncak .
Rincian hukum tertentu masih harus diselesaikan, sebelum peningkatan ke Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN-Tiongkok (ACFTA) – yang kedua sejak dimulainya pada tahun 2010 – akan diselesaikan dan ditandatangani tahun depan.
“Peningkatan FTA ini merupakan langkah penting, terutama di masa meningkatnya proteksionisme di dunia,” kata Perdana Menteri Singapura Lawrence Wong selama KTT ASEAN-Tiongkok ke-27 di Vientiane, yang dihadiri oleh Perdana Menteri Tiongkok Li Qiang.
“Ini akan mengirimkan pesan yang sangat jelas dan penting kepada semua orang tentang pentingnya perdagangan bebas dan kerja sama pasar yang saling menguntungkan.”
ACFTA merupakan FTA pertama Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dengan mitra eksternal, sekaligus FTA pertama Tiongkok, kata Wong.
Hal ini telah memfasilitasi perdagangan antara kedua belah pihak, sehingga menjadikan mereka mitra dagang utama satu sama lain sejak 2020, katanya.
Sejak 2010, perdagangan barang ASEAN dengan China meningkat lebih dari tiga kali lipat, dari US$235,5 miliar menjadi US$696,7 miliar tahun lalu. China menginvestasikan US$17,3 miliar di ASEAN tahun lalu, menjadikannya mitra dagang terbesar blok tersebut dan sumber investasi asing langsung terbesar ketiga.
Peningkatan ini akan memungkinkan kedua belah pihak memanfaatkan area pertumbuhan masa depan, termasuk ekonomi digital dan hijau , tambah Tn. Wong.
TETAP RELEVAN DAN SIAP UNTUK MASA DEPAN
ACFTA mencakup kawasan perdagangan bebas dengan populasi lebih dari 2 miliar orang, dengan total produk domestik bruto lebih dari US$20 triliun, kata Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura (MTI) dalam siaran pers pada hari Kamis.
Negosiasi untuk peningkatan tersebut telah dimulai pada tahun 2022, untuk memastikan perjanjian tersebut tetap “relevan, siap menghadapi masa depan, dan responsif terhadap tantangan global”, kata kementerian tersebut.
Meliputi peraturan baru dan yang disempurnakan di berbagai bidang seperti ekonomi digital dan hijau, konektivitas rantai pasokan, persaingan dan perlindungan konsumen, serta usaha mikro, kecil, dan menengah.
“Setelah diimplementasikan, perjanjian ini akan menciptakan lingkungan yang lebih ramah bisnis dan berorientasi masa depan bagi perusahaan untuk memanfaatkan peluang antara ASEAN dan Tiongkok,” kata MTI.
“Perusahaan-perusahaan yang berkantor pusat di Singapura akan memperoleh manfaat dari peningkatan fasilitasi arus perdagangan, transparansi dan kepastian yang lebih besar terutama selama gangguan rantai pasokan, perlindungan yang lebih baik bagi konsumen, dan peluang untuk mengeksplorasi sinergi baru di bidang-bidang yang sedang berkembang seperti ekonomi digital dan ekonomi hijau.”
MEMANFAATKAN MOMENTUM
Bapak Wong menghimbau semua pihak untuk memanfaatkan momentum dari negosiasi ACFTA guna secara progresif meliberalisasi Perjanjian Transportasi Udara ASEAN-Tiongkok.
Hal ini akan memfasilitasi arus perdagangan dan investasi yang lebih besar serta memperkuat hubungan antarmasyarakat di antara kedua pihak, katanya.
Ia juga mengidentifikasi energi bersih dan perubahan iklim sebagai area di mana Asia Tenggara dan Cina dapat berbuat lebih banyak bersama-sama.
TAG#KTT ASEAN, #TIONGKOK
182193655
KOMENTAR