Getaran Bumi Senyap Saat Dunia Terapkan Lock Down Gegara Virus Corona, Pertama Dalam Sejarah Dunia

Sifi Masdi

Saturday, 25-07-2020 | 21:57 pm

MDN
Ilustrasi planet Bumi [ist]

London, Inako

Saat ini banyak orang awam tidak begitu paham bahwa getaran bumi atau guncangan bumi dalam bentuk gempa kecil atau besar ternyata memiliki korelasi yang erat dengan aktivitas manusia di atas Bumi. Ketika aktivitas manusia semakin berkurang maka getaran bumi cenderung berkurang dan bahkan senyap.

Apakah memang benar demikian? Lalu apa hubungan aktivitas manusia dengan getaran bumi? Sejumlah ilmuwan dan peneliti terutama para geolog dan astronomi, juga ahli gempa,  mencoba mencari jawaban teka-teki terkait hubungan  antara getaran bumi dan aktivitas manusia.

Baru-baru ini majalah Guardian mempublikasikan hasil temuan ilmuwan selama pandemi Covid-19 yang menjalar ke seluruh dunia sejak akhir Januari 2020 lalu dan dampaknya terhadap planet Bumi. Penelitian tersebut menunjukkan hasil yang mencegangkan, bahwa selama pandemi Covid-19 berlangsung dalam beberapa bulan terakhir ini, Bumi menjadi lebih sunyi dan getaran menjadi berkurang. Periset mengungkap bahwa getaran di Bumi yang diakibatkan oleh aktivitas manusia merosot drastis saat diberlakukannya lockdown (penguncian wilayah) oleh banyak negara. Ini merupakan pengalaman pertama di Bumi dalam sejarah dunia.

Catatan menyeluruh dari stasiun seismik seluruh dunia, seperti yang dirilis Guardian,  menunjukkan bahwa suara bising frekuensi tinggi dan getaran di Bumi dipicu oleh operasional pabrik, lalu lintas, kegiatan olahraga ataupun aktivitas manusia lain. Selama pandemi Covid-19 suara bising dan getaran bumi turun hingga 50% karena aktivitas manusia berkurang setelah pemberlakuan lockdown atau pembatasan sosial berskala besar (PSBB) versi Indonesia untuk memutus rantai penularan virus corona.

"Anda bisa melihat hal ini sebagai semacam gelombang. Dan kemudian Anda dapat melihatnya menjadi senyap seiring waktu, dimulai China pada akhir Januari dan kemudian bergerak ke Italia dan lainnya di Maret dan April," kata Stephen Hicks, ahli seismologi Imperial College, London.

Para periset menganalisis jejak dari jaringan 268 sensor seismik di 117 negara dan menemukan suara bising yang disebabkan manusia menurun pada 185 di antaranya. Penurunan paling besar ada di kota sibuk semacam New York dan Singapura, tapi bahkan di stasiun terpencil pun terpantau hal yang kurang lebih sama.

"Keadaan Bumi menjadi senyap ini belum pernah terjadi sebelumnya, setidaknya sampai dulu waktu data seismik terus tercatat," ujar Thomas Lecocq, periset pertama fenomena ini dari Royal Observatory of Belgium.


 

 

KOMENTAR