Harga Batu Bara Melejit, Apa Saja Faktor Pemicunya?

Sifi Masdi

Wednesday, 17-04-2024 | 09:58 am

MDN
Ilustrasi kegiatan penambangan batu bara [ist]

 

 


 

Jakarta, Inakoran

 

Harga batubara kembali merangkak naik pada hari ini, Selasa (26/3). Kenaikan ini disebabkan oleh beberapa faktor penting yang akan kita bahas dalam artikel ini.

 

Salah satu faktor utama kenaikan harga batubara adalah meningkatnya permintaan dan impor dari China. Menurut Trading Economics, harga batubara merangkak naik 2,06% ke level US$ 136,50 per ton pada Senin (15/4). Dalam sepekan, harga batubara naik 2,63%.

 

BACA JUGA:  Rekomendasi Saham Pilihan Hari Ini: Rabu (17/4/2024)

 

Pengamat komoditas dan Founder Traderindo.com, Wahyu Tribowo Laksono, menuturkan bahwa kenaikan harga batubara tersebut masih cukup wajar. Menurut dia, kenaikan itu disebabkan oleh meningkatnya permintaan dari pembangkit listrik tenaga batubara di China dan lonjakan permintaan dari India.

 

“Industri batu bara di China tidak memperkirakan, jika impor mereka akan meningkat di tahun ini, namun bukti dari kuartal pertama menunjukkan bahwa kebutuhan pembeli terbesar di dunia ini masih sangat besar,” kata Wahyu.

 

China mulai menerapkan lonjakan izin pembangkit listrik tenaga batu bara sejalan dengan gelombang kekurangan listrik pada tahun 2021. Langkah ini muncul ketika China terus mengkhawatirkan keamanan energi setelah batu bara domestiknya berkurang dan terjadinya kekurangan listrik pada 2021.

 

BACA JUGA: Prediksi Rupiah dan Ekonomi RI dari Mantan Direktur Bank Dunia

 

“Jadi ekspektasi yang stabil terhadap impor batubara kontras dengan ekspektasi bahwa pembangkit listrik China pada tahun ini akan meningkat sebesar 5,3% dari tahun 2023, yang meningkat sebesar 6,9%, melebihi pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2%,” imbuhnya.

 

 

 

 

China meningkatkan penambangan batubara dan mempercepat persetujuan untuk membangun pembangkit listrik batu bara baru, meskipun sebelumnya telah berjanji untuk mengurangi penggunaan batubara dalam rencana lima tahun yang dimulai pada 2026.

 

Ditambah, China juga telah berjanji untuk mengendalikan secara ketat kapasitas pembangkit listrik tenaga batubara baru, dan juga telah menghubungkan sejumlah besar pembangkit listrik tenaga angin dan surya baru ke jaringan listriknya.

 

BACA JUGA:  Menko Muhadjir Sebut Penanganan Arus Mudik dan Balik Lebaran 2024 Lebih Baik dari Tahun Lalu

 

Wahyu memperkirakan harga batubara akan diperdagangkan pada US$ 100-US$ 150 per ton pada akhir semester I-2024. Sedangkan hingga akhir tahun, harga batubara akan bergerak di sekitar US$ 80-US$ 200 per ton.

 

Pengamat Komoditas dan Mata Uang Lukman Leong mengatakan, kenaikan harga batu bara tersebut didukung oleh harga energi minyak mentah yang masih tinggi. Harga komoditas energi juga terungkit oleh kekhawatiran seputar eskalasi perang di Timur Tengah, seperti Iran yang belum lama ini menyerang Israel.

 

“Apabila perang intensif, maka harga minyak mentah diperkirakan bisa menembus US$ 100 per barel, dengan itu akan bisa ikut menaikkan harga batubara ke level US$ 150-US$ 160 per ton,” ujar Lukman.

 

Namun, Lukman menambahkan bahwa jika perang atau kondisi geopolitik tidak intensif, maka dolar Amerika Serikat (AS) yang kuat akibat meredanya prospek pemangkasan suku bunga oleh The Fed akan kembali menekan harga batubara ke level US$ 120 per ton.

 

“Apabila tidak terjadi eskalasi perang, maka pada akhir tahun 2024 ini minyak akan berkisar di level US$ 85-US$ 90 per barel, sedangkan batubara akan berada di level US$ 130-US$ 140 per ton.” tandasnya.


 

KOMENTAR