Harga Emas Anjlok Tajam, Dipicu Aksi Profit Taking

Jakarta, Inakoran
Harga emas dunia tampak stabil pada awal perdagangan Rabu (22/10/2025), setelah sehari sebelumnya mengalami penurunan paling tajam sejak 2020. Aksi ambil untung (profit taking) besar-besaran dari investor menjadi pemicu utama anjloknya harga logam mulia tersebut, di tengah kekhawatiran bahwa reli panjang sebelumnya telah membuat harga terlalu tinggi.
Mengutip Bloomberg, harga emas di pasar spot tercatat melemah tipis 0,07% atau 2,06 poin ke US$4.123,16 per troy ounce pada pukul 06.11 WIB, setara dengan sekitar Rp2,19 juta per gram. Sementara itu, harga emas berjangka di Comex AS justru sedikit menguat 0,6% ke level US$4.133,70 per troy ounce, menandakan pasar masih mencari titik keseimbangan baru.
Sehari sebelumnya, harga emas sempat anjlok hingga 6,3% dalam satu sesi — kejatuhan intraday terbesar dalam lebih dari 12 tahun. Investor sektor sumber daya asal Swiss, Alexander Stahel, menyebut penurunan lebih dari 5% merupakan kejadian yang sangat jarang.
“Secara teori, pergerakan ekstrem seperti ini hanya terjadi sekali dalam ratusan ribu hari perdagangan,” ujar Stahel dikutip Bloomberg.
Penurunan ini sekaligus menghentikan reli panjang yang sebelumnya telah membawa harga emas ke rekor tertinggi sepanjang sejarah. Lonjakan sebelumnya dipicu oleh ekspektasi pemangkasan suku bunga besar-besaran oleh The Fed, serta kekhawatiran melemahnya nilai dolar AS akibat defisit fiskal yang membengkak.
BACA JUGA:
Rekomendasi Saham Pilihan: Rabu (22 Oktober 2025)
Harga Emas Antam Turun Rp14.000 per Gram: Selasa (21/10/2025)
Menuju Era Baru Gemilang, Perisai SI Apresiasi Glenny Kairupan Jadi Dirut Garuda Indonesia
Frank Monkam, Kepala Perdagangan Makro di Buffalo Bayou Commodities, mengatakan bahwa koreksi tajam ini didorong oleh kombinasi indikator teknikal yang menunjukkan kondisi jenuh beli (overbought).
“Pembersihan posisi yang terjadi saat ini justru menjadi fondasi bagi kenaikan berikutnya. Setelah tekanan mereda, harga emas berpotensi bangkit lagi, terutama karena arus masuk dari ETF dan bank sentral negara berkembang,” jelas Monkam.
Ia memperkirakan level support emas berada di kisaran US$4.000–US$4.050 per troy ounce, dengan potensi rebound jika harga berhasil bertahan di atas area tersebut.
Reli emas sejak September 2025 banyak digerakkan oleh trader pengikut tren (trend followers), yang mendorong harga naik tanpa jeda berarti. Namun, menurut analis komoditas BMO Capital Markets, Helen Amos, tren semacam itu secara alami bisa berbalik arah ketika harga mulai turun beberapa hari berturut-turut.
Bank investasi Citigroup bahkan menurunkan rekomendasi untuk emas dari overweight menjadi netral, dengan proyeksi harga akan bergerak di sekitar US$4.000 per troy ounce dalam beberapa pekan ke depan.
Sementara itu, analis MKS Pamp menilai penurunan harga saat ini justru membuka peluang masuk bagi investor jangka menengah. “Harga emas dan perak kini mendekati level yang menarik untuk akumulasi, terutama menjelang akhir tahun,” tulis laporan MKS Pamp.
Koreksi emas juga terjadi di tengah menurunnya likuiditas global akibat liburnya pasar India selama festival Diwali, yang biasanya menjadi periode aktif pembelian emas di Asia. Selain itu, ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China turut menambah volatilitas pasar komoditas.
Disclaimer:
Harga emas dapat berubah sewaktu-waktu. Pastikan untuk selalu mengecek harga terkini sebelum melakukan transaksi.
KOMENTAR