Harga Emas Dunia Menguat: Pasar Dibayangi Ketidakpastian Kesepakatan Dagang AS–China
 
					
Jakarta, Inakoran
Harga emas global kembali menguat pada awal perdagangan Jumat (31/10/2025), bertahan di atas level psikologis US$4.000 per troy ounce. Kenaikan ini terjadi di tengah sikap hati-hati pelaku pasar yang masih mencermati dampak dari gencatan dagang antara Amerika Serikat dan China, yang belum sepenuhnya meredakan kekhawatiran akan rivalitas jangka panjang kedua kekuatan ekonomi terbesar dunia itu.
Berdasarkan data Bloomberg, harga emas di pasar spot naik 0,19% atau 7,52 poin ke level US$4.032,06 per troy ounce pada pukul 07.20 WIB, setara sekitar Rp2,15 juta per gram.
Sementara itu, harga emas berjangka Comex AS menguat 0,67% atau 26,80 poin ke US$4.032,70 per troy ounce, setelah sehari sebelumnya melonjak hingga 2,4%, memutus tren penurunan empat hari berturut-turut.
Ketegangan Dagang Belum Usai
Pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping baru-baru ini sempat memicu optimisme pasar. Namun, analis menilai gencatan dagang selama satu tahun yang disepakati hanya bersifat sementara, sekaligus menjadi kesempatan bagi kedua negara untuk menata kembali strategi ekonomi dan ketergantungan pasokan masing-masing.
Gencatan ini dianggap sebagai penanda perubahan besar dalam peta kekuatan global, di mana pengaruh ekonomi China kian menonjol sejak awal kepemimpinan Trump. Situasi ini justru mendorong investor global untuk kembali mencari aset lindung nilai, seperti emas, guna mengantisipasi potensi ketegangan baru.
BACA JUGA:
Rekomendasi Saham Pilihan: Jumat (31/10/2025)
Harga Emas Antam Turun Rp4.000 per Gram, Kamis (30/10/2025)
Menkeu Purbaya Larang Himbara Salurkan Dana Rp200 Triliun ke Konglomerat
Kendati harga emas menguat dalam dua hari terakhir, tren mingguan masih menunjukkan pelemahan lebih dari 2%, yang berpotensi menjadi penurunan dua minggu berturut-turut.
Salah satu penyebabnya adalah berkurangnya ekspektasi terhadap pemangkasan suku bunga The Federal Reserve (The Fed). Ketua The Fed Jerome Powell dalam pernyataannya memperingatkan agar investor tidak berharap terlalu tinggi pada kemungkinan penurunan suku bunga di bulan Desember
Sejak mencetak rekor tertinggi di US$4.380 per troy ounce pada 20 Oktober lalu, harga emas kini berada dalam fase koreksi teknikal yang cukup tajam.
Tekanan tambahan juga datang dari arus keluar berkelanjutan pada dana berbasis emas (ETF). Data Bloomberg mencatat, kepemilikan ETF emas global turun enam hari berturut-turut hingga Rabu, menjadi rangkaian penurunan terpanjang sejak April 2025.
Meski demikian, secara tahunan emas tetap menunjukkan kinerja impresif. Harga logam mulia ini masih mencatat kenaikan lebih dari 50% sepanjang 2025, ditopang oleh permintaan kuat dari bank sentral dan investor institusional yang memperkuat posisi mereka terhadap risiko ekonomi global.
Data World Gold Council (WGC) menunjukkan, pembelian emas oleh bank sentral dunia melonjak 28% pada kuartal ketiga dibandingkan tiga bulan sebelumnya, membalik tren penurunan yang sempat terjadi di paruh pertama tahun ini.
Kenaikan tersebut menegaskan bahwa emas masih menjadi instrumen utama lindung nilai di tengah meningkatnya ketidakpastian geopolitik dan kebijakan moneter global.
Disclaimer:
Harga emas dapat berubah sewaktu-waktu berdasarkan kondisi pasar dan kebijakan perusahaan.



![Ilustrasi kilang minyak [ist] MDN](https://inakoran.com/uploads/2025/10/30/1761796208-p851f870539ac2b063eeb5ac8423d5ea7.jpg) 
												![Ilustrasi Emas Antam [ist] MDN](https://inakoran.com/uploads/2025/10/30/1761794998-p9a07138a02fa30d1860072d947862bf3.png) 
												![Ilustrasi emas batangan [ist] MDN](https://inakoran.com/uploads/2025/10/29/1761700523-p8023de4ea7840b14ae7571a338a69235.jpg) 
												![Ilustrasi kilang minyak [ist] MDN](https://inakoran.com/uploads/2025/10/28/1761620580-p271ac61131fae8f1a414b6422724e59f.jpg) 
												



KOMENTAR