Harga Minyak Global Menguat Tipis: Dampak Kebijakan Kebijakan Tarif Trump

Sifi Masdi

Friday, 11-07-2025 | 12:58 pm

MDN
Ilustrasi kilang minyak [ist]

 

 

Jakarta, Inakoran

Harga minyak dunia mencatatkan penguatan tipis pada Jumat pagi (11/7/2025), setelah sempat tergelincir sekitar 2 persen dalam sesi sebelumnya. Sentimen pasar masih dibayangi oleh ketidakpastian seputar kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan penurunan proyeksi permintaan minyak global oleh OPEC.

 

Mengutip Reuters, harga minyak mentah Brent naik sebesar 19 sen atau 0,28 persen ke level US$68,83 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) asal AS turut menguat 26 sen atau 0,39 persen ke posisi US$66,83 per barel.

 

Kebijakan proteksionis Presiden Trump menjadi salah satu faktor utama yang memengaruhi dinamika pasar minyak belakangan ini. Pada Kamis (10/7), Trump mengumumkan tarif baru sebesar 35 persen terhadap barang impor dari Kanada yang akan diberlakukan mulai 1 Agustus.

 

Tak hanya itu, Trump juga mengungkapkan rencana untuk memberlakukan tarif antara 15 persen hingga 20 persen terhadap sejumlah besar mitra dagang utama AS, termasuk ancaman tarif untuk Brasil. Produk strategis seperti tembaga, semikonduktor, dan farmasi juga masuk dalam daftar target kebijakan tarif terbaru.

 


BACA JUGA:

IHSG Dibuka Menguat 0,41%

Grup Barito Siapkan IPO Baru Setelah CDIA

Harga Emas Antam Naik Rp4.000 Per Gram: Jumat (11/7/2025)


 

Kebijakan ini menimbulkan kekhawatiran bahwa ketegangan perdagangan akan menekan pertumbuhan ekonomi global dan secara tidak langsung mengurangi permintaan energi, termasuk minyak mentah.

 

Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) turut menambah tekanan pasar dengan memangkas proyeksi permintaan minyak global dalam laporan World Oil Outlook 2025. Dalam laporan tersebut, OPEC memperkirakan permintaan minyak akan rata-rata berada di angka 106,3 juta barel per hari pada tahun 2026—lebih rendah dibandingkan proyeksi sebelumnya yang mencapai 108 juta barel per hari.

 

Penurunan proyeksi ini dipicu oleh melemahnya konsumsi minyak di China, yang merupakan salah satu konsumen energi terbesar di dunia. Sentimen negatif ini turut membebani harga minyak dalam beberapa hari terakhir.

 

Dari sisi geopolitik, Uni Eropa tengah mempersiapkan proposal baru untuk menetapkan batas harga mengambang (floating price cap) terhadap minyak Rusia. Langkah ini dinilai lebih fleksibel dibandingkan batas harga tetap yang selama ini digunakan, mengingat tren penurunan harga minyak global membuat batas harga tetap dianggap kurang efektif.

 

 

 

KOMENTAR