Harga Minyak Naik ke Level Tertinggi di Posisi US$ 81,11 Per Barel: Imbas Sanksi AS Terhadap Rusia
Jakarta, Inakoran
Harga minyak mentah mengalami lonjakan signifikan di awal pekan ini, mencapai level tertinggi dalam lebih dari tiga bulan. Senin (13/1/2025) harga minyak mentah jenis Brent dibuka di posisi US$ 81,11 per barel, sementara West Texas Intermediate (WTI) mencatatkan harga US$ 77,97 per barel.
Kenaikan ini tidak hanya mencerminkan dinamika pasar minyak global, tetapi juga dipicu oleh kebijakan sanksi yang diterapkan oleh Amerika Serikat terhadap produsen minyak Rusia.
Sejak pembukaan perdagangan, harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman Maret 2025 mengalami kenaikan sebesar US$ 1,35 atau 1,69%. Sementara itu, harga WTI untuk kontrak pengiriman Februari 2025 menguat sebesar US$ 1,40 atau 1,83%. Kenaikan ini memberikan sinyal bahwa pasar minyak sedang dalam fase bullish, didorong oleh ekspektasi bahwa sanksi baru AS akan berdampak besar terhadap pasokan minyak mentah Rusia ke negara-negara importir utama seperti China dan India.
Sentimen utama yang memicu lonjakan harga minyak adalah pengenaan sanksi oleh Departemen Keuangan AS terhadap produsen minyak Rusia, termasuk Gazprom Neft dan Surgutneftegas. Sanksi ini juga mencakup 183 kapal yang terlibat dalam pengiriman minyak Rusia, yang bertujuan untuk memotong pendapatan yang digunakan Moskow untuk mendanai konflik di Ukraina. Dengan potensi dampak signifikan terhadap ekspor minyak Rusia, para pembeli utama seperti China dan India diperkirakan akan mencari pasokan dari negara lain, termasuk Timur Tengah, Afrika, dan Amerika.
BACA JUGA:
Harga Emas Antam Stagnan: Senin, 13 Januari 2025
Saham BBRI dan BBCA Picu Pelemahan IHSG di Awal Pekan
Harga Minyak Kembali Terkoreksi: Dampak Penguatan Dolar AS
Cuaca Dingin AS Picu Kenaikan Harga Minyak\
Harry Tchilinguirian, kepala penelitian di Onyx Capital Group, menekankan bahwa sanksi terbaru ini akan memberikan dampak yang khususnya besar bagi India, yang merupakan salah satu importir minyak terbesar. Kenaikan permintaan dari negara-negara ini dapat menyebabkan lonjakan harga dan biaya pengiriman, menciptakan dinamika yang kompleks di pasar minyak internasional.
Lonjakan harga minyak tidak hanya berpengaruh pada konsumen dan industri energi, tetapi juga dapat memicu inflasi di sektor-sektor lain. Ketika biaya energi meningkat, harga barang dan jasa lainnya cenderung ikut naik. Hal ini dapat memaksa bank sentral di berbagai negara untuk meninjau kebijakan moneter mereka, yang pada gilirannya bisa memengaruhi pertumbuhan ekonomi.
Selain itu, perusahaan-perusahaan yang bergantung pada pasokan minyak untuk operasi mereka juga akan menghadapi tantangan. Kenaikan harga energi dapat mengurangi margin keuntungan dan memaksa mereka untuk meneruskan biaya tersebut kepada konsumen.
KOMENTAR