Hasil Survey dan Hasil Akhir Pilkada Indramayu 2024
Oleh : H. Adlan Daie
Analis politik dan sosial keagamaan..
JAKARTA, INAKORAN
Menarik untuk "terlibat" dalam debat seru sejumlah "nitizen" Indramayu di media sosial "facebook" dan "tiktok" tentang kemungkinan hasil akhir pilkada Indramayu 2024 dalam seminggu terakhir pasca beredarnya beragam hasil survey.
Sejumlah "nitizen" di satu "kubu" merasa yakin bahwa hasil survey yang mengunggulkan salah satu paslon "tertentu" adalah sebuah petunjuk "kemenangan" sehingga tampak sangat "jumawa".
Sementara di sisi "kubu" yang lain sejumlah "nitizen" terang terangan bahwa pilihan rakyat yang terpantau dalam potret survey dapat "dijungkir balikkan" dengan kekuatan "politik uang", sering disebut "serangan fajar" alias "angpao".
Penulis mengenal sebagian para "nitizen" yang terlibat dalam debat seru di dunia maya tersebut, sebuah cermin indikatif mewakili sikap ke mana arah dukungan politik mereka.
Sejatinya survey dalam kontestasi politik elektoral oleh lembaga survey manapun sejauh "tidak fiktif", yakni memenuhi prinsip methodolgis yang presisi dan sampling responden terukur dapat diandalkan untuk membaca "kehendak" pilihan pemilih.
Tetapi "watak" hasil survey hanyalah bersifat "photoshoot", gambaran sesaat tentang pilihan publik saat "hari itu" survey dilakukan, tidak otomatis menggambarkan proyeksi hasil pilkada Indramayu 2024 sebulan mendatang, 27 November 2024.
Ada beberapa variabel penting yang harus dicermati dalam membaca hasil survey, yaitu :
Pertama dalam hasil survey pasti terdapat variabel "swing voters", yakni pemilih yang telah menentukan "pilihan" kepada paslon tertentu saat survey dilakukan tetapi pilihannya "rentan" berubah atau "bermigrasi" ke Paslon lain
Potensi perubahan migrasi pilihan bisa terjadi karena gerakan Paslon lain sangat massif, serempak dan terstruktur dengan power logistik memadai dan pilihan isu mampu melemahkan trend elektoral Paslon tertentu.
Praktek "politik uang" dalam arti "serangan fajar"dalam temuan survey "Indikator Politik" (2013) dan "SMRC" (2024) tidak memberi insentif elektoral secara signifikan hanya 8% dan itupun rumit menentukan "sasaran" pemilihnya kecuali disertai basis isu yang "merusak" pesona Paslon lain secara sistemik.
Kedua, variabel "undercided voters", yakni pemilih yang "belum menentukan" pilihan" saat survey dilakukan tidak kurang dari 16% ditambah angka "margin error" (min plus) dalam kisaran 7% sehingga akumulatif sebesar 22%.
Kemana pilihan mereka pada hari "pencoblosan" akan menjadi variabel elektoral yang bisa menentukan hasil akhir.
Ketiga, hasil survey adalah potret 100% seluruh pemilih datang ke TPS. Survey tidak bisa "mendeteksi" pemilih yang sudah menentukan pilihan pada "figur tertentu" saat survey dilakukan tapi mereka tidak datang ke TPS pada hari "H".
Di Indramayu dalam setiap pilkada rata rata 30% pemilih tidak datang ke TPS alias tidak menggunakan hak pilihnya, sebuah angka sangat besar, bisa mempengaruhi peta elektoral hasil akhir.
Jadi tiga variabel elektoral di atas itulah penentu akhir peluang menang dalam dinamika elektoral menuju pilkada Indramayu 2024, satu bulan ke depan, 27 November 2024 bukan potret survey "hari ini" saat survey dilakukan.
Pilihan strategi akhir ketiga Paslon pilkada Indramayu 2024, kekuatan daya gerak jaringan, power logistik, kemampuan taktis memainkan isu isu secara sistematik akan menentukan hasil akhir.
TAG#ADLAN
182191916
KOMENTAR