Hati-hati, Ancaman Currency War Bisa Membuat Rupiah Terpojok

Sifi Masdi

Monday, 12-08-2019 | 09:08 am

MDN
Dolar Vs Yuan  [ist]

Jakarta, Inako

Bank Sentral China (People's Bank of China/PBoC) awal pekan lalu, Senin (5/8/19),  secara mengejutkan mendepresiasi nilai tukar yuan terhadap dolar AS hingga ke level terlemah dalam lebih dari satu dekade terakhir atau tepatnya sejak Desember 2018. 

Semenjak saat itu PBoC secara konsisten melemahkan kurs yuan, dan nilai tengah kurs yuan melawan dolar AS yang ditetapkan terakhir sebesar 7,0136/US$ pada Jumat (9/8/2019).

Sebagai informasi, PBoC setiap hari menetapkan nilai tengah yuan, dan membiarkannya menguat atau melemah maksimal 2% dari nilai tengah yang ditetapkan. 

Akibat kebijakan tersebut, pelaku pasar dicemaskan akan kemungkinan terjadinya currency war atau perang mata uang. China bahkan disebut manipulator mata uang oleh Amerika Serikat (AS). Depresiasi mata uang bertujuan untuk memperoleh keunggulan kompetitif dalam perdagangan international.

Produk dari China menjadi lebih murah jika kurs yuan melemah, dan permintaan berpotensi meningkat. 

PBoC akan menjadi headline utama di pekan ini, apakah akan terus mendepresiasi kurs yuan, atau mulai menguatkannya kembali. Level 7/US$ dianggap sebagai level penting yang dapat memberikan keunggulan kompetitif bagi China. 

Analisis Teknikal

Ilustrasi pergerakan USD/Yuan [ist]

 

Meski PBoC setiap hari menetapkan nilai tengah yuan, namun masih ada pergerakan 2% menguat atau melemah yang bisa dimanfaatkan pelaku pasar untuk bertransaksi atau trading di mata uang yuan. 

Sebagai informasi perdagangan yuan melawan dolar AS disimbolkan dengan USD/CNY, sehingga jika grafik bergerak naik berarti yuan mengalami pelemahan. 

Jika melihat grafik harian, pelemahan signifikan mata uang yuan melawan dolar AS terjadi setelah yuan menembus ke atas rerata pergerakan 50 hari (Moving Average/MA 50) (garis biru). Hal tersebut terjadi pada Kamis 1 Agustus, atau dua hari perdagangan sebelum PBoC mendepresiasi nilai tukar yuan. 

Jika melihat lebih ke belakang pelemahan yuan sebenarnya sudah terjadi ketika menembus rerata pergerakan 100 hari (MA 100 - garis oranye) dan 200 hari (MA 200 - garis kuning), namun kala itu pelaku pasar masih belum terlalu memperhatikan yuan karena masih cukup jauh dari level penting 7/US$. 

Secara teknikal, pelemahan potensi pelemahan yuan memang cukup besar setelah menembus MA 50, yang membuat yuan bergerak di atas 3 MA. 
Indikator rerata pergerakan konvergen divergen (MACD) juga berada di wilayah positif, yang memberikan gambaran bullish bagi dolar AS atau bearish bagi yuan. 

Beralih ke grafik 1 jam, penguatan yuan beberapa kali terlihat tertahan oleh MA 50 di kisaran 7,0380/US$, setelahnya yuan kembali melemah. Level tersebut bisa jadi menentukan apakah yuan akan kembali melemah atau menguat.

Indikator Stochastic berada di wilayah jenuh beli (overbought) yang membuka ruang yuan menguat. Tetapi sekali lagi potensi penguatan masih di kisaran US$ 7,0380/US$. Selama level tersebut yuan berpeluang besar kembali melemah. 

Sebaliknya jika berhasil ditembus yuan berpotensi menguat ke kisaran 7,0100/US$. Nah, level tersebut terlihat menjadi kunci apakah yuan akan terus melemah atau akan menguat di pekan ini. 

Selama masih di atas level tersebut yuan potensi yuan terus melemah terbuka cukup lebar. Sementara jika menembus ke bawah, yuan memiliki peluang untuk menguat.

Dampak terhadap rupiah? 

Pergerakan yuan melawan dolar AS secara tidak langsung akan mempengaruhi nilai tukar rupiah. Terus melemahnya yuan bukan kabar bagus bagi Indonesia. 

Harga produk dari China menjadi lebih murah, dan RI bisa jadi akan kebanjiran produk "Made in China". Jika hal tersebut sampai terjadi, dan tanpa diimbangi peningkatan ekspor, maka neraca perdagangan menjadi taruhannya. Defisit neraca perdagangan bisa besar, dan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) juga akan membengkak. 

Melihat efek yang ditimbulkan tersebut, maka pelemahan yuan berpotensi memicu pelemahan rupiah. 

Selain itu, terus melemahnya yuan akan memicu kecemasan pasar jika currency war sudah semakin dekat, membuat investor akan mengalihkan investasinya ke aset aman atau safe haven, rupiah akan semakin terpojok. 

KOMENTAR