Huawei Kehilangan Pendapatan Hingga Rp 192 Triliun Setelah Putus Kerjasama dengan Google

Sifi Masdi

Thursday, 02-04-2020 | 15:09 pm

MDN
Huawei Technologies [ist]

Jakarta, Inako

Perusahaan raksasa teknologi China, Huawei Technologies mengalami perlambatan pertumbuhan kinerja pada tahun 2019 setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump  menjatuhkan sanksi.

Seperti diketahui pada Mei 2019, Donald Trump mendeklarasikan Darurat Nasional Teknologi yang membuat Huawei dimasukkan dalam blacklist.

BACA JUGA: Kolaborasi Huawei Indonesia dan ULearning Dukung Keberlanjutan Kegiatan Belajar-Mengajar di Tengah Isu Covid-19

Sanksi Trump tersebut menyebabkan semua perusahaan di AS harus mendapat izin dari departemen perdagangan AS bila ingin berbisnis dengan Huawei. Masalahnya Google tidak dapat lisensi untuk berbisnis dengan Huawei hingga kini.

Akibatnya Google tidak bisa memberikan lisensi Android kepada Huawei yang membuat ponsel yang akan dirilis Huawei setelah sanksi dijatuhkan tidak bisa menggunakan aplikasi bawaan Google seperti Play Store, YouTube, Chrome dan lain sebagainya. Ini membuat ponsel Huawei tak di mintai di luar China.

BACA JUGA: Mengagumkan Data Kesehatan Yang Didapat Dari Jam Tangan Pintar Huawei Watch GT 2

Dua smartphone andalan Huawei yang meluncur tahun lalu Huawei Mate 30 dan Huawei P40 dirilis tanpa aplikasi bawaan Google. Bagi pasar China, hal tersebut tidak masalah karena Google memang diblokir di China.

Namun di pasar luar China, kedua ponsel ini tidak terlalu diminati karena tidak tersedia aplikasi bawaan Google. Maklum, Android merupakan sistem operasi (OS) paling banyak dipakai di dunia.

BACA JUGA : Heboh, Huawei akan Adakan Rapat Rahasia dengan Hacker

Menurut Rotating Chairman Huawei, Eric Xu, sanks terhadap Huawei mengakibatkan bisnis consumer dari perusahaan teknologi ini mengalami pukulan yang berat. Divisi ini meliputi bisnis smartphone dan laptop. Pemasukkan anjlok US$10 miliar menjadi U$66,93 miliar. Jadi ada pengurangan pendapatan kurang lebih sebesar US$ 12 miliar (setara Rp 192 triliun).

Simak video Inatv dan jangan lupa klik "subscribe and like" menuju Indonesia maju. 

 



 

KOMENTAR