Keluarga Rudy Kehilangan Bank Bali Gara-gara Skandal Cessie
Jakarta, Inako
Sekitar 20 tahun yang lalu Bank Bali ramai diperbincangkan. Bank ini tersandung kasus cessie (hak tagih piutang) yang membuat pemiliknya dan berbagai tokoh terjerat.
Rudy Ramli si pemilik Bank Bali bahkan harus ikut mendekam dipenjara. Tapi bukan itu yang membuatnya sakit hati. Ada dugaan konspirasi yang membuat dirinya harus kehilangan perusahaan keluarga satu-satunya itu.
Simak video InaTv dan jangan lupa klik "subscribe and like" menuju Indonesia Maju.
Untuk skandal cessie bermula ketika Bank Bali mengucurkan pinjaman bantuan dana antar bank ke Bank Umum Nasional, Bank Tiara, BDNI dan bank lainnya yang jumlahnya mencapai Rp 1,3 triliun.
Pada 1997 beberapa piutang itu sudah jatuh tempo. Namun Bank Bali saat itu kesulitan untuk menagih piutangnya. Sebab bank-bank yang memiliki utang ke Bank Bali dalam perawatan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).
Dari jumlah piutang tersebut, sebanyak Rp 946 miliar tidak bisa ditagih. Saat itu Rudy merasa dijerumuskan oleh oknum BI. Akibat tidak dibayarnya pinjaman antar bank itu, terjadi rentetan peristiwa yang mengakibatkan Bank Bali akhirnya harus ikut direkap senilai Rp 1,4 triliun.
"Jadi 12 Januari 1999 saya tanda tangan dengan EGP (PT Era Giat Prima/penagih utang) untuk hak tagih itu," terang Rudy kepada wartawan.
Bank Bali pun harus melakukan rekapitalisasi. Dari beberapa calon investor baru Bank Bali memilih GE Capital dan kemudian meneken MoU kerja sama pada 12 Maret 1999. Namun Bank Indonesia dan BPPN menolak itu dan memaksa Bank Bali memilih Standard Chartered Bank (SCB).
"Kemudian pada tanggal 12 April 1999 sudah habis kontrak. Si EGP ini hanya menunggang. Jadi dalam Bank Bali ada konspirasinya EGP, dia hanya menunggang. Dia melihat saya ada tagihan yang enggak keluar-keluar dia nunggang untuk dapat duit buat Habibie. Itu semua orang sudah tahu," terangnya.
TAG#Bank Bali, #Skandal Cessie, #Bank Indonesia
188649310
KOMENTAR