Kepala BPIP: Puasa Membangun Peradaban

BADAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA
Jakarta, Inako
“Untuk melihat Islam dalam pembangunan peradaban kita mesti melihat pada makna Islam. Banyak pendapat ulama yang menyebutkan mengenai makna Islam.
Namun saya berpendapat bahwa Islam adalah proses menuju ke kata Salam atau Salamah yaitu keselamatan dan kedamaian dunia menuju akhirat. Kalau ditambahkan iman, maka Islam dan Iman
merupakan proses menuju keselamatan, kedamaian dan keamanan dari dunia sampai akhirat,” begitu disampaikan Kepala BPIP Prof Drs. K.H. Yudian Wahyudi, M.A, PHD dalam tausiah daring “Jumat
Bersama BPIP: Puasa = Membangun Peradaban” yang diselenggarakan Direktorat Sosialisasi, Komunikasi dan Jaringan BPIP dan dimoderatori oleh Direktur Kajian Materi BPIP, Dr. Mohammad Sabri.
“Cara (untuk mencapai Salam atau Salamah) adalah dengan mengoptimalkan potensi positif dan meminimalkan potensi negatif suatu benda hingga sampai ke titik keseimbangan,” tambah Prof. Yudian sambil merujuk perintah Allah SWT dalam Al Quran yang berbunyi “Berbuat adillah kalian karena keadilan atau keseimbangan itu adalah sesuatu yang paling dekat dengan ketakwaan, demikian rilis yang diterima Inakoran.com Jumat (24/2/2020)
BACA JUGA: BPIP dan MPR RI Galang Dana Bantuan Lawan COVID-19
BACA JUGA: Jangan Mudik !! Kabaharkam Polri
Dijelaskan oleh Prof Yudian bahwa semua benda memiliki hukum positif dan negatif sekaligus yang dalam Islam disebut sebagai takdir atau sunatulah yang penggunaannya tergantung niat.
Ia kemudian mencontohkan keberadaan pesawat udara sebagai alat transportasi yang dirancang untuk mengangkut manusia secara aman. Secara sunatullah pesawat udara memiliki hukum positif dan negatif, akan tetapi dalam penggunaannya, misalnya kemana pesawat tersebut diarahkan akan tergantung pada manusianya.
Selanjutnya untuk menjelaskan mengenai ibadah bisa membangun peradaban, Prof Yudian memberikan contoh mengenai kegiatan ibadah haji.
Menurutnya, kegiatan ibadah haji bukan sekedar kegiatan spiritual tetapi juga kegiatan membangun peradaban. Hal ini tampak setidaknya terlihat dari model tranportasi yang digunakan jamaah haji untuk menuju dan kembali dari Mekkah.
BACA JUGA: Taliban Meningkatkan Serangan Sekalipun Coronavirus Menyebar di Afghanistan
Pada masa lalu, seorang Muslim yang hendak beribadah haji namun tinggal jauh dari Mekkah mesti menempuh jalan laut dan darat dengan menunggang unta atau kuda hingga berhari-hari bahkan berbulan-bulan. Namun dengan perkembangan teknologi transportasi, kini orang beribadah haji bisa menggunakan pesawat udara dan tiba dalam hitungan jam.
Terjadi perubahan dan penyesuaian tata kelola ibadah haji secara hukum, sosial, ekonomi, politik, dan hubungan antar negara.
BACA JUGA: Tata Cara Ibadah Ditengah Pandemi Covid-19 Disetujui
Menyinggung masalah yang sedang aktual terkait mudik di tengah covid-19, Prof Yudian memandang bahwa mudik merupakan sebuah jihad akbar untuk mencari pengampunan sosial.
Hal ini erat kaitannya dengan ketentuan dalam Islam mengenai dosa bersyarat dan alamiah.
Dosa bersyarat yaitu dosa kemanusiaan (insaniah) yang penyelesaiannya dilakukan antar umat manusia itu sendiri yang karenanya ada situasi dan kondisi yang mengikutinya. Sedangkan dosa alamiah adalah hukum sebab akibat, ketika rakmat bagi seluruh alam dilawan maka akibatnya adalah laknat bagi seluruh alam.
Sebagai upaya mendapatkan pengampunan sosial maka orang yang tinggal di luar daerahnya akan berupaya untuk bisa melakukan mudik agar dapat berhalal bihalal, bertemu dan bersilahturahmi dengan keluarga di tempat asal.
Disini mudik diartikan sebagai suatu proses yang mengantarkan seseorang untuk mengalami langsung betapa tidak mudahnya melakukan pengampunan sosial.
Namun di tengah pandemi Covid-19 saat ini, pilihan untuk mudik atau pulang kampung menjadi pilihan yang tidak mudah dan dilematis. Covid-19 sebagai makhluk gaib yang telah merenggut banyak korban jiwa merupakan laknat bagi seluruh alam.
Korban Covid-19 tidak memandang suku, agama atau ras tertentu tetapi semua orang. Bukan hanya itu, bukan hanya orang awam yang menjadi korban tetapi juga dokter dan tenaga medis yang profesional di bidangnya pun terpapar virus Corona dan meninggal dunia.
BACA JUGA: PT Bio Farma Produksi Reagen untuk Tes Swab di Jabar
Mengakhiri tausiahnya, Prof Yudian mengajak semua pihak untuk bersama-sama membangun peradaban secara pasif dengan cara tidak menjadi pembawa virus Corona ke kampung halaman. Semua pihak diharapkan bisa berjihad akbar atau mengendalikan diri untuk tidak berbondong-bondong mudik dan secara tidak sadar merusak kesehatan keluarga dan lingkungannya.
BACA JUGA: Hari Lahir Pancasila 1 Juni Dirayakan Dengan Meriah di Ende, Flores
TAG#BPIP, #ARSI UTOMO, #BENY SUSETYO, #RIKARD BAGUN, #WAHYUDI, #TRY SUTRISNO, #MEGAAWATI SOEKARNO, #AQIL SIRADJ
191998652
KOMENTAR