Mahasiswi STF Driyarkara: Kepekaan Etis dan Rasio Kita Telah Diludahkan

Junny Yanti

Wednesday, 07-02-2024 | 11:47 am

MDN
Aida Leonardo saat Seruan Kebangsaan di Cempaka Putih, Jakarta Pusat. FOTO: Inakoran/Adik Saputra

 

JAKARTA, INAKORAN.COM

Mahasiswi Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Aida Leonardo menyuarakan kesedihannya terhadap situasi demokrasi saat ini.

“Apakah demokrasi kita sekarang masih baik-baik saja? Apakah pemilu yang akan datang akan mengantarkan kita ke masa depan yang lebih baik?” ucap Aida dalam Seruan Kebangsaan di Cempaka Putih, Jakarta Pusat, dikutip Rabu (7/2/2024).

Aida mengungkapkan ketakutannya saat putusan Nomor 90 MK tahun 2023 disahkan. Ia menyebut demokrasi bangsa telah mengalami resesi.

“Tapi sebenarnya resesi demokrasi sudah terjadi jauh sebelum itu, revisi UU KPK, UU MK KUHP, dan UU ITE yang melemahkan hukum reformasi, UU Cipta Kerja yang hanya menguntungkan kaum elit,” ucap Aida

BACA JUGA: Gerakan Moral Kampus dan Potensi Kekalahan Paslon 02

“Fakta-fakta ini menunjukkan bahwa demokrasi Indonesia tidak baik-baik saja,” tambahnya.

Mahasiswi semester 6 itu mengungkapkan kekecewaannya terhadap politisi-politisi yang mengatakan bahwa demokrasi Indonesia masih berjalan dengan baik, kebebasan berekspresi meningkat, dan kehidupan proses hukum yang adil.

“Sesungguhnya sensibilitas etis dan rasio kita telah diludahkan,” kata mahasiswi prodi filsafat itu.

Penulis muda itu mengajak para mahasiswa untuk peduli pada situasi politik saat ini.

BACA JUGA: Mahfud Cerita Ada Rektor Universitas yang Diminta Bikin Testimoni Positif tentang Presiden Jokowi

“Kita bukan ahli politik, tetapi kita tidak perlu menjadi ahli untuk mengetahui bahwa praktik-praktik KKN harus diharamkan, pelanggaran etis harus dihukum, dan orang-orang yang telah terbukti melakukan pelanggaran HAM tidak boleh diberikan kesempatan untuk memimpin Indonesia dalam kapasitas apapun.”

Jelang pemilu 2024, Aida mengingatkan masyarakat untuk menggunakan hak suara dengan baik.

“Sebagai warga Indonesia, pemilu adalah kesempatan kita untuk memilih pemimpin yang dapat membangun Indonesia, mengantar Indonesia menjadi negara yang adil dan makmur, atau mencegah orang-orang yang telah melanggar HAM dan melakukan kejahatan untuk naik dan mendapat kursi terpenting di pemerintahan,” 

“Maka mari teman-teman apapun pilihan kita pastikan bahwa pilihan itu dilandasi oleh etika, logika, dan nurani yang kuat.”

“Hak pilih bukanlah komoditas pribadi, hak pilih harus digunakan untuk kepentingan bersama,” tegas Aida.

 

KOMENTAR