Max Weber : Kapitalisme dan Etika Protestan dengan Teori Sosiologi Agama

JAKARTA, INAKORAN
Dalam tulisannya The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism, Max Weber menjelaskan korelasi agama dengan kemajuan kapitalisme. Weber menemukan adanya faktor nilai-nilai spiritual dalam perkembangan dan kemajuan kapitalisme.
Para penganut sekte calvinisme di ajaran Protestan meyakini orang yang selamat di akhirat adalah orang-orang yang memiliki kekayaan dan kehidupan yang makmur di dunia.
Apakah bedanya aliran Calvinis dan aliran Lutheran?
Dalam gereja Calvinis, membutuhkan susunan tata cara ibadahnya lebih terperinci, dan lebih mementingkan pengakuan dosa. Sementara itu gereja Lutheran memiliki perbedaan yaitu, lebih mementingkan ayat Alkitab yang diberitakan pada hari Sabat. Dan tata cara ibadahnya tidak terbatas (luas).
Calvinisme adalah sebuah sistem teologis dan pendekatan terhadap kehidupan Kristen yang menekankan kedaulatan pemerintahan Allah atas segala sesuatu. Gerakan ini dinamai sesuai dengan reformator Prancis Yohanes Calvin.
Atas dasar semangat spiritual inilah orang-orang calvinisme memiliki etos kerja tinggi untuk menjadi bagian dari orang-orang yang terselamatkan.
Gaya hidup para penganut calvinisme sangat sederhana bahkan hasil kerja mereka hanya sebagian kecil digunakan untuk konsumsi.
Bagian yang lain akan diakumulasikan sebagai modal dan diinvestasikan untuk menumpuk sekaligus menambah kekayaan terus menerus.
Analisis Max Weber terkait etika protestan merupakan kritik utama terhadap pemikiran arus utama marxisme deterministik. Bagi Weber, tidak semua benar jika dasar perubahan dan kemajuan kapitalisme adalah ekonomi dan relasi produksi.
Faktanya para penganut calvinisme merupakan kumpulan pemodal yang berpengaruh dalam perkembangan kapitalisme Eropa kala itu.
Teori Sosiologi Agama Max Weber
Selain memberi fondasi awal pada keilmuwan sosiologi pandangan Max Weber tentang relasi agama dan kapitalime telah menjadi titik awal perkembangan keilmuwan sosiologi agama.
Sosiologi agama adalah ilmu yang mempelajari pengaruh agama terhadap masyarakat begitupun sebaliknya pengaruh masyarakat terhadap agama. Dengan kata lain sosiologi agama merupakan ilmu yang mempelajari interaksi yang terjadi antara agama dan masyarakat.
Pada umumnya seseorang mendapat pengetahuan tentang agama melalui otoritas agama atau orang-orang terdekat. Biasanya pengetahuan agama yang seperti ini akan mengajarkan pengetahuan teologis yang akan diterima apa adanya tanpa pertanyaan-pertanyaan lanjutan. Ilmu teologis yang normatif tentu berbeda dengan ilmu sosial yang deskriptif, analitis dan kritis.
Ada beberapa tulisan Max Weber tentang agama The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism (19o5), Collective Essay of Sociological of Relligion (1920) dan Sociology of Religion (1922).
Weber menganggap agama adalah kepercayaan terhadap kekuatan supranatural yang tidak dapat dijelaskan secara saintifik.
Pandangan sosiologi agama Max Weber tidak bisa lepas dari teori sosiologinya tentang teori tindakan sosial yang menyakini setiap tindakan manusia ada makna dan motifnya.
Bagi weber agama adalah cara pandang tentang dunia yang memotivasi manusia dalam bertindak.
Pandangan itu berbanding terbalik dengan pandangan Marxisme yang menolak peran agama dalam perubahan dan kemajuan masyarakat. Bagi Marxisme agama malah menemukan titik rendahnya ketika masyarakat sudah mulai termordenisasi dan berpikir rasional.
Sebut saja, seorang tokoh terkemuka Karl Marx berpandangan agama adalah hambatan perkembangan kapitalisme dan hal itu berbeda dengan pandangan Max Weber.
Weber menilai agama malah menjadi bahan bakar utama dalam perkembangan sosial, ekonomi dan politik pada fase awal berkembangnya kapitalisme. Weber mencontohkan etika protestan sekte calvinisme yang telah memotivasi para pemeluknya untuk melakukan tindakan sosial yang melahirkan spirit kapitalisme.
Pokok- Pokok Ajaran Calvinisme
Beberapa pokok ajaran calvinisme antara lain, pertama, hanya orang-orang yang dipilih oleh Tuhan yang akan mendapatkan kehidupan bahagia di dunia. Kedua, hidup untuk bekerja lebih keras dan disiplin dan semuanya untuk meninggikan Tuhan.
Ketiga, ajaran untuk mempraktekan askeisme yaitu hidup berhemat, sederhana, tidak menghambur-hamburkan uang dan tidak untuk kesenangan duniawi.
Bagi Weber spirit kapitalisme tidak hanya sekedar bagaimana cara mendapatkan uang tetapi sebuah jalan kehidupan yang berkaitan dengan etika, tugas dan kewajiban. Dalam hal ini etika protestanisme sebenarnya merupakan etika yang telah membantu terbentukan kapitalisme modern.
Ketaatan beragama kaum calvinisme membawa mereka pada keyakinan dan etos kerja yang tinggi. Artinya waktu yang tidak digunakan untuk bekerja merupakan bagian dari dosa besar.
Paham calvinisme yang melahirkan semangat kapitalisme ini berkembang pesat di dataran Eropa bahkan sampai ke wilayah Amerika Utara. Hal ini membuktikan agama memiliki peran yang luar biasa dalam perubahan sosial masyarakat.
Ada semacam semangat beragama di satu sisi dan semangat menjadi kapital di sisi yang lain. Ajaran dan pemaknaan agama tentang dunia menjadi dasar dari tindakan-tindakan sosial pemeluknya
Lalu bagaimana mengunakan exemplar teori Max Weber ini dalam konteks masyarakat hari ini. Misalnya kita ambil contoh persoalan terorisme.
Tindakan terorisme dilakukan karena adanya cara pandang yang mempengaruhi kelompok atau pelaku teror berdasarkan keyakinan agama. Para teroris mampu melakukan apapun atas dalih menjaga ajaran agama meski harus terbunuh sekalipun.
Karya Max Weber meberikan sumbangsih yang signifikan dalam melihat fenomena perkembangan kapitalisme khususnya dalam kacamata sosiologi. Selain itu pemikiranya juga mempengaruhi para tokoh-tokoh setelahnya seperti Anthony Giddens dan Pierre Bourdieu.
Etika protestan merupakan salah satu embrio dari lahirnya kapitalisme modern.
TAG#MAX WEBER, #AGAMA
196083527
KOMENTAR