Memaknai Sejarah bagi Generasi Pelanjut

Hila Bame

Monday, 15-09-2025 | 18:42 pm

MDN
Suryadi (kiri) Asep -( kanan), asal Ciamis, Jabar. Dia tour guide di Museum Nabi Muhammad Saw Madinah.

 

JAKARTA, INAKORAN


Oleh: Suryadi
Pemerhati Budaya & Kepolisian

"Tak ada yang kebetulan, semua kejadian sudah ada dalam rencana Tuhan."
Di Cikeas Udik, Bogor, Jawa Barat ada Wisata Juang Brimob Polri R. Soeprapto. Di Madinah,  tepatnya dalam kompleks Masjid Nabawi ada pula Museum Nabi Muhammad Saw. Keduanya punya sejarah yang maknawi dibawa dari masa yang berbeda.
Jika hari ini sama dengan hari kemarin, sia-sialah kita sebagai manusia. Jika hari ini lebih buruk ketimbang kemarin, kita tergolong manusia tak belajar dari masa lalu sehingga terjatuh oleh lubang yang sama. Maka, esok harus lebih baik daripada hari-hari sebelumnya. 

SEBENARNYA sudah terpikir untuk mencari tahu apa sebenarnya yang disajikan oleh museum itu.

Bangunan bertingkat dan di bagian dindingnya bertuliskan "Museum Assalam" yang tampak belum jadi itu, selalu mengusik hati saat melangkah dari hotel memasuki Gate 318 Kompleks Masjid Nabawi.

 
Akan tetapi, laki-laki paruh baya lebih itu, terus menekan rasa ingintahunya, demi mendahulukan hal-hal yang utama: Ibadah!


Ketika  hari terakhir berada di kota Rasulullah Saw berhijrah dari Mekah itu, rasa ingin tahu  yang begitu menggebu muncul lagi. 


Sebenarnya, waktu sudah sangat mepet. Namun,  walau cuma setengah jam jadi lah ke museum itu. Tiba di depannya, kecele! Ternyata itu bukan museum. 


Tak ada petugas yang bisa memberi penjelasan bahwa museum Assalam belum dioperasikan.


Toh akhirnya terbayar juga keingintahuan itu. Ada Museum Nabi Muhammad Saw yang letaknya jauh masuk lagi di sisi kanan Kompleks Masjid Nabawi.  


Untuk masuk ke Museum Nabi Saw, dikenakan tiket seharga 40 riyal. Kebetuan perjalan dalam museum pagi itu dimulai pukul 08.45.


Sungguh suatu kunjungan yang menantang. Betapa tidak, lepas tengah hari sudah harus keluar dari hotel untuk menumpang bus bersama rombongan selama lebih kurang tujuh jam menuju Kota Mekah. Berumrah di kota itu.


Entah suatu kebetulan saja atau memang manajemen museum sudah mengatur bahwa tour guide harus orang yang mampu berbahasa bangsa si pengunjung. Meskipun, tentu saja, di Madinah kedudukan bahasa Indonesia adalah mahasa asing.


Pas banget tour guide-nya selain mampu berbahasa Arab, juga sangat fasih berbahasa Indonesia. Tentu saja dia fasih berbahasa Indonesia, sebab dia adalah Asep Ridwan Taufik.  Dia berasal dari Ciamis, Jawa Barat. Sudah 16 tahun mukim di Madinah.


Ada lagi yang tak bisa diremehkan. Sebagai tour guide, selain santun, Asep juga sangat menguasi setiap materi tentang Rasulullah Saw yang tersaji dalam bentuk digital. Sajian seluruhnya berupa digitalisasi.


Asep sangat pas dalam menjelaskan secara kultural tentang seluk-beluk  dalam menrangkan perjalan peyebaran Islam dan kehidupan pribadi Nabi Muhammad  Rasulullah Saw sebagai sosok yang penuh teladan.


Penjelasan Asep meliputi tetang alam semesta dan para nabi dan rasul. Ada pula lini masa kehidupan nabi, keluarga nabi, dan deskripsi tubuh nabi. Selain itu dilengkapi peranan wanita di zaman nabi.


Materi digitalisasi, juga berisi maket kota Makkah dan Madinah. Selain itu gambar kekinian Masjid Nabawi. 


Tak ketinggalan tentang  makanan-makanan yang biasa dikkonsumsi Nabi. Ada pula visualisasi digital barang-barang milik Nabi. Kemudian, berakhir dengan lima menit menonton pemutaran film tentang kehidupan Nabi di mini cinema.


Wisata Juang R. Soeprapto
BERALIH ke Cikeas Udik. Tepatnya di sebidang lahan yang bersebelahan dengan flat asrama para bintara dan tamtama Resimen III Brimob. Resimen ini secara hirarkia berada di bawah Pasukan Pelopor Korps Brimob Polri.


Di situ ada Wisata Juang Brimob  Polri R. Soeprapto (WJBP). Peresmiannya oleh Dankor Brimob Polri (ke-31) Komjen Pol Drs. Imam Widodo, M.Han, tanggal 26 Agustus 2025. 


Peresmiannya cuma lima hari setelah upacara 80 tahun Hari Juang Kepolisian di Surabaya, Jawa Timur.


Wisata Juang Brimob Polri (WAJP) ini, pada intinya teridiri atas museum dan perpustakaan. 


Nantinya, akan terus dikembangkan dengan hal-hal yang amat terkait dengan wisata edukasi berbau kepariwisataan. Saat ini dikomandani oleh Ipda Anas.


Serupa dengan Museum  Nabi Muhammad Saw, WJBP tersaji dalam bentuk digitisasi plus artefak-artefak kepolisian sejak masa lalu.


Sebagaimana diketahui, Brimob adalah pasukan pamungkas Polri. Katakanlah pasukan elitenya. Mungkin keberadaannya dari masa ke masa, belum begitu memasyarakat. 


Padahal, keberadaanya cuma terpaut empat hari setelah 17 Agustus 1945 Indonesia memroklamasikan Kemerdekaannya.


Pada hari itu, 21 Agustus 1945, Polisi Bersenjata yang terdiri atas pemuda Indonesia dalam Tokubetsu Keisatsu Tei (Polisi Istimewa Jepang), sebagai Polisi Istimewa (PI) menyatakan diri adalah Polisi Indonesia.


Proklamasi Polisi Indonesia saat itu dibacakan oleh Inspektur Tingkat I M. Jasin, putra Baubau yang kini masuk dalam Provinsi Sultra. 


Bapak Brimob M. Jasin (alm) yang terakhir berpangkat Komisaris Jenderal (bintang tiga) dan diakui sebagai Pahlawan Nasional ( pertama dari Kepolisian) oleh Negara.


Sejarah dari masa ke masa ke masa yang tersaji, secara materi dan melekat disusun oleh Tim terdiri atas Herryanto Prabowo, Heri Hidayat, Putri, Syamsul Arif, Bharatu Andri Purwandi, dan Didi Habsar.  


Tim tersebut tak bisa dilepaskan dari peran Wadankor Brimob Irjen Pol.Ramdhani Hidayat S.H. Juga peran Karorenminops Brigjen Pol Drs Rudi Herianto, M.S.i dan para pewira tinggi lainnya beserta sejumlah pamen, pema, bintara, dan tamtama Brimob yang terlibat langsung. Kreasi bangunan dan lingkungan yang menyenangkan dan edukatif  adalah buah karya dari tangan-tangan trampil di Bagian Logistik Korps Brimob Polri. 


Referensi
Pendek kata, WJBP R. Soeprapto  karya dari insan Bhayangkara Brimob Polri. Diharapkan WJBP akan menjadi referensi sejarah dan perkembangannya yang jujur.


"Mungkin ada anak atau cucu dari pejuang  Brimob yang belum termuatkan (dalam digitalisasi), silakan melengkapinya melalui tim verifikasi. Sebagai museum dan perpustakaan, WJBP ini akan terus berkembang dan terus membuka diri," kata Komjen Imam Widodo, si  penggagas WJBP yang selalu sederhana dan rendah hati.


Hakikat Sejarah
SEJARAH pada dasarnya tentang waktu dan peristiwa. Waktu yang akan datang pada saatnya akan menjadi masa lalu juga.


Barangkali, tidak ada salahnya bila kalimat lama secara bijak senantiasa mengingatkan, "Belajarlah dari sejarah".


Tentu saja, "Belajar dari Sejarah" tidak identik dengan mengadobsi. Tetapi, memelajari sejarah secara kritis sepertihalnya jiwa sejarah itu sendiri.


Sejarah itu bukan disusun untuk kebanggaan masa lalu. Apalagi "sejarah milik penguasa karena yang benar itu  menurutnya saja".


Ole karena gagasan Dankor Brimob Polri, Komjen Imam Widodo menyatukan museum dan perpustakaan ke dalam unit wisata, sangat tepat. Terutama di zaman yang terus berubah, dengan segala kemajuan teknologi.


Wisata Juang Brimob Polri ini tak boleh "stug" dalam konteks isi dan suasana. Tak ada kata "discontinuing". 


Dia hanya akan terhenti, bahkan mati, ketika kejujuran penelitian demi kejujuran pengungkapan disetop.


Moga WJBP R. Soeprapto terus berkembang sebagaimana Dankor Brimob ke-14 (telah almarhum), yang amat dikenal "Bicara efisien, efektif, mengajak personelnya kreatif dan benar dalam menyelesaikan masalah.".**

TAG#ISLAM, #AGAMA

207957084

KOMENTAR