Menelisik Keindahan Kampung Ronting Ujung Utara Matim
Oleh: Rony
Sebuah kampung nan eksotik ,letaknya persis di bibir pantau utara laut utara Flores provinsi Nusa Tenggara Timur, sebagian besar pekerjaan masyrakat disana sebagai nelayan dan beragama muslim, warga disana hidup penuh kekeluargaan, saling menghargai dan membantu satu sama lain bagai perahu yang sulit diombang-ombang ambing oleh gelombang lautan yang deras, kehidupan mereka sudah seperti kakak dan adik yang sudah punya ikatan darah, bagaimana ceritanya ?
Adalah kampung Ronting Desa Satar Kampas Kecamatan Lamba Leda Utara Kabupaten Manggarai Timur (Matim) Provinsi Nusa Tenggara Timur,sebagian besar masyarakat di kampung ini , mata pencaharian mereka sebagai nelayan , jangan heran di bibir pantai nan indah di kampung ronting terpampang puluhan perahu bertenggger sambil menunggu nahkoda nelayan ronting mengarungi lautan untuk mencari ikan.
baca:
Ini Strategi Hindari Perangkap Pendapatan Menengah di Buku Indonesia 2045
Gambaran tentang keturunan masyrakat kampung ronting sudah berbaur dari berbagai suku ada masyrakat asli Manggarai, Bima,Ende, Makasar dan Labuan bajo.
Adanya ikatan nikah diantara suku membuat tali persaudaraan masyrakat Ronting semakin kuat. Tidak pernah terdenggar kabar percecokan yang terjadi antara masyarakat Ronting. Semua warga selalu saling sapa senyum satu sama lain apalagi dengan tamu maupun pengunjung yang datang di kampung Ronting.
Ramah tamah seperti keluarga sendiri para tamu atau pengunjung merasa nyaman berada disana serasa berada di kampung halaman sendiri ,aurah kekeluargaan pengunjung rasakan ada disana sambil menikamati tiupan angin dari bibir pantai nan indah menambah suasana nikmat saat berbincang-bincang sejenak dengan warga disana.
‘’ siang Pa,baru kemari ya ,mari duduk di pendopo depan rumah ‘’ kata seorang warga yang menyapa Inakoran,com pada 14 Agustus 2021
Terdengar disana sini ada masyarakat yang menggunakan bahasa Bima, ada bahasa Manggarai dan yang mempersatukan adalah Bahasa Indonesia. warga disana sudah terbiasa menggunakan tiga bahasa tergantung tamu dan pengunjung yang bertandang kesana dari mana asalnya.
’’ Kalau Orang Manggarai, ya kami pakai bahasa Manggarai, kalau Bima kami pakai bahasa Bima dan kalau diluar Bima dan Manggarai, kami pakai bahasa Indonesia pak “ katanya dengan penuh senyum.
Pria kepala lima ini menuturkan, tiga bahasa tersebut sudah menjadi makanan sehari-hari bagi masyarakat Ronting agar bisa beradaptasi satu sama lain ketika berkomunikasi baik saat ngobrol ataupun jelang acara bersama .
’’ ini sudah menjadi kebiasaan kami pak,mau tidak mau memang harus bisa ‘’ tandasnya. (Bersambung)
TAG#RONTING MATIM2, #DESTINASI WISATA, #DESTINASI WISATA MANGGARAI TIMUR, #NTT, #KOMODO, #BALI, #WAKATOBI
182194808
KOMENTAR