Menko Airlangga Hartarto: Industri Menjadi unsur Utama bagi Ketahanan Ekonomi sebuah Negara

Hila Bame

Friday, 23-09-2022 | 17:16 pm

MDN
Menko Ekonomi, Airlangga Hartarto (kiri)

 

 

JAKARTA, INAKORAN

 

Lolos dari pandemi, kini dunia industri menghadapi tantangan baru untuk bertahan. Peneliti Center of Industry, Trade, and Investment dari INDEF Ahmad Heri Firdaus mengatakan, kenaikan harga BBM serta imbas dari konflik geopolitik dirasakan betul oleh dunia industri dan pemerintah bisa menolong mereka. 

 

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa kemampuan industri menjadi unsur utama bagi ketahanan ekonomi sebuah negara di masa pandemi. Industri akan mendorong penciptaan lapangan kerja, dan memerlukan sektor perdagangan dalam distribusi, serta mendorong peningkatan investasi.

 

“Pertama terkait kenaikan harga energi yang menggerek kenaikan harga transportasi. BBM naik, inflasi tinggi ,suku bunga acuan meningkat, artinya bunga kredit juga lebih tinggi, sehingga mengancam ekspansi, yang tadinya mau ekspansi jadi tertunda,” jelas Ahmad Heri saat berbincang hari ini (23/9). 


 

baca: Menko Airlangga

Prancis Tingkatkan Kerja Sama Strategis dengan Indonesia dan Negara Mitra di Kawasan Indo-Pasifik

 


Kenaikan harga transportasi dan juga sebagian bahan baku, makin memperberat ongkos produksi. Dikhawatirkan ada penyesuaian berupa pengurangan tenaga kerja. 

“Jadi kenaikan biaya produksi bisa menyebabkan tertunda ekspansi, atau bahkan penyesuaian input produksi, dikhawatirkan mereka mengurangi tenaga kerja,” ucap Ahmad Heri. 

Namun pemerintah bisa membantu industri dengan cara memberikan stimulus maupun insentif. “Agar industri tetap berjalan, katakan diberikan fasilitasi dalam rangka industri sedang mengalami tekanan harus dibantu, katakan dalam biaya logistik, fasilitasi ekspor, ekspor kan kapal mahal, diberikan diskon tarif listrik untuk jam tertentu, apapun yang bisa berdampak langsung terhadap industri,” beber Ahmad Heri. 

Sejauh ini kata dia, pemerintah hanya memberikan bantuan pada masyarakat terdampak sebagai kompensasi atas kenaikan BBM, namun belum pada industri. 

 

Penguatan Sektor Industri

G20 harus mendorong upaya peningkatan di sektor industri, perdagangan dan untuk lebih menarik investasi. Ini merupakan seruan bagi negara-negara G20 untuk bekerja sama lebih baik lagi dalam memberikan dukungan yang diperlukan guna mendorong aspek-aspek industri dan perdagangan yang mengadopsi teknologi, khususnya di negara-negara berkembang,” kata Menko Airlangga.

 

Menjawab hal tersebut, Ahmad Heri mengatakan keanggotaan Indonesia dalam sejumlah forum seperti G20, ASEAN maupun lainnya diharapkan bisa memperkuat kerjasama yang menguntungkan. “ Kerjasama untuk aliran barang dan jasa yang lebih lancar, perlu dilakukan pertemuan dalam forum seperti kemarin itu. Negosiasi untuk menurunkan tarif non tarif, dan kerjasama investasi perdagangan yang menguntungkan saya rasa banyak.” ucap Ahmad Heri. 


baca:  

Sri Mulyani Imbau Pemerintah Daerah untuk Utamakan Belanja Prioritas

 


Namuna ada tantangan baru, dimana sejumlah negara melakukan restriksi ekspor untuk menjaga stok mereka. Harusnya, dalam forum seperti G20 ini bisa dibicarakan lebih jauh tentang global supply chain, dan diyakinkan bahwa bisa menjalin kerjasama tanpa restriksi.

Krisis Global

Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Piter Abdullah mengungkapkan permasalahan ekonomi saat ini terjadi dalam tingkatan global, bukan di domestik. "Yang jelas kita memang berhadapan dengan global. Sekarang itu tantangannya ada di global, bukan di domestik," ujarnya

Menurutnya, persoalan global berdampak pada ekonomi Indonesai seperti pandemi covid-19. Masih ada gejolak geopolitik perang Rusia-Ukraina yang kemudian menjadi pemicu atas disrupsi mata rantai pasokan global, sehingga terjadi permasalahan krisis pangan dan energi yang kemudian memicu lonjakan inflasi di banyak negara.

"Jadi ini karena memang permasalahan ada di global yang kemudian berdampak ke masing-masing negara, solusinya memang harus di global," tegasnya.

Piter menegaskan negara-negara di dunia patut bergandengan tangan untuk mencari solusi atas masalah tersebut. Masyarakat global diminta untuk menyelesaikan akar masalah yakni ketegangan goepolitik yang melibatkan Rusia dan Ukraina.

"Solusinya adalah bagaimana negara-negara itu melakukan kerja sama, kesepakatan secara multilateral untuk mengatasi berbagai masalah yang terjadi. Utamanya adalah sumber masalah diselesaikan. Sumber masalahnya adalah ketegangan geopolitik. Kemudian hambatan-hambatan pasokan harus diselesaikan. Kalau tidak ya ini akan berkelanjutan," tegasnya.

Senada, Direktur Eksekutif Center for Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri menyebut kondisi perekonomian Indonesia tidak akan terlepas dari kondisi perekonomian global. Sehingga yang terjadi di tingkat global akan berdampak pada ekonomi Indonesia, baik langsung atau tidak langsung.

"Ini sudah kita rasakan selama ini, pandemi 2,5 tahun, sekarang ada masalah geopolitik yang disertai dengan permasalahan supply chain dan inflasi, serta kebijakan-kebijakan makro ekonomi yang ketat," terangnya.

Yose menilai kerja sama ekonomi mutlak diperlukan diperlukan untuk membuat kondisi perekonomian global ini menjadi lebih baik dan lebih kondusif terhadap pemulihan ekonomi di seluruh negara.
"Satu-satunya cara adalah kerja sama ekonomi. Karena kalau tidak ada kerja sama, masing-masing jalan sendiri, malah masing-masing merugikan orang lain," pungkasnya.(*)

 

 

KOMENTAR