Negeri Ini Harus Move On dari Pelayanan Prima ke Pelayanan Ketulusan

Oleh: Emrus Sihombing
JAKARTA, INAKORAN
Jika negeri ini ingin melaju cepat menjadi negara sejahtera dan warganya bahagia maka pelayanan publik harus move on dari pelayanan prima ke pelayanan ketulusan.
Secara teoritis dan emperis, setiap manusia dalam suatu sistem sosial selalu memiliki status dan senantiasa disertai dengan peran melayani. Jadi, status dan peran, dalam kajian Sosiologi, seperti dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan.
BACA:
Komunikolog Dr Emrus: Ingatkan Potensi Krisis Pangan akibat pandemi covid-19
Puan Maharani Resmikan Bandara Taufiq Kiemas dan Jalan Fatmawati Soekarno
Karena itu, hubungan sosial akan terjaga terus-menerus, antara lain seperti peningkatan produktivitas kerja dalam suatu organisasi sosial, instansi pemerintah misalnya, jika para pihak saling memberi pelayanan paripurna, termasuk para ASN dalam melaksanakan tugas pelayanan publik.
Untuk mewujudkan pelayanan publik yang paripurna, maka apapun status sosial seseorang di instansi pemerintah maupun di lembaga swasta, harus selalu mengambil peran melayani dengan tulus.
Untuk mewujudkan pelayanan paripurna, saya berpendapat, pelayanan publik harus move on dari komunikasi pelayanan prima (KPP) menjadi komunikasi pelayanan ketulusan (KPK).
Sebab, KPP didasarkankan antara lain pada rasionalitas, prakmatis, transaksional, normatif dan sangat kaku. Hubungan antara orang yang memberi dan menerima layanan sifatnya mekanistis sekali serta berjarak sosial, hanya sekedar melaksanakan tugas dan atau kewajiban. Manusia satu memandang manusia lain sebagai objek yang bisa kendalikan sekehendaknya/tidak setara dengan dirinya. Oleh sebab itu, pelayanan prima bukan budaya ketimuran.
Sebaliknya, KPK didasarkankan antara lain prinsip humanis, ikatan emosional, tanpa pamrih, melampau normatif dan berempati. Hubungan antara orang yang memberi dan menerima layanan didasarkan pada prinsip gotong royong, tolong menolong serta kemanusiaan. Manusia satu memandang manusia lain sebagai subjek yang sama/setara dengan dirinya. Karena itu, menurut hemat saya, KPK sebagai wujud "budaya tinggi" dari budaya ketimuran kita.
**)Emrus Sihombing
Komunikolog Indonesia
0812 8689 8015
KOMENTAR