Neraca Perdagangan Mei Diperkirakan Defisit US$ 670 juta

Inakoran

Monday, 25-06-2018 | 11:42 am

MDN
Ilustrasi kegiatan ekspor-impor [ist]

Jakarta, Inako

Moody's Analytics  menyebutkan dalam risetnya bahwa neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2018 diperkirakan akan mencatat defisit sebesar US$ 670 juta. Jumlah ini dinilai lebih kecil dibandingkan defisit bulan April sebelumnya sebesar mencapai US$ 1,63 miliar.

Menurut Moody's Analytics, distorsi Ramadan pada pertengahan Mei lalu mendorong impor terutama barang konsumsi. "Acara terkait pesta keagamaan biasanya meningkatkan pertumbuhan impor," sebut Moody's Analytics dalam risetnya, Minggu Minggu (24/6/208).

Lembaga riset tersebut menambahkan bahwa ekspor Indonesia sepanjang Mei kemungkinan menurun. Bahkan, penurunan ini diperkirakan bakal berlanjut pada Juni sebagai dampak libur Lebaran yang panjang. "Sulit untuk mendapatkan pandangan yang tidak bias tentang ekspor dan impor Indonesia selama Juni karena lebih sedikit hari kerja, sehingga memengaruhi produksi dan pengiriman," tulis Moody's.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro. Ia  juga memperkirakan, neraca perdagangan Mei defisit hingga US$ 646,97 juta. Defisit terjadi akibat impor yang masih akan tumbuh tinggi sebesar 14,49% year on year (YoY), meski tak setinggi pertumbuhan impor bulan sebelumnya. Sementara ekspor masih akan tumbuh terbatas sebesar 5,36% YoY.

Sementara Bhima Yudhistira Adhinegara, Ekonom Institute Development of Economic and Finance (Indef), memproyeksikan, defisit neraca dagang Mei akan mencapai US$ 1,1 miliar. Sebab, impor barang konsumsi dan bahan baku menjelang Lebaran terbilang tinggi. Defisit neraca dagang migas juga berpotensi naik karena kenaikan harga minyak mentah dunia.

Bhima memperkirakan, kenaikan ekspor hanya sekitar 6%–7% YoY. Soalnya, "Ada koreksi harga minyak kelapa sawit mentah (CPO) dan beberapa komoditas lainnya," ujarnya. Perang dagang juga kembali memukul ekspor produk unggulan negara kita, seperti CPO dan karet.

 

 

KOMENTAR