PDIP Minta Prabowo-Sandiaga Lebih Bijak Komentari Soal Ekonomi

Sifi Masdi

Sunday, 09-09-2018 | 10:25 am

MDN
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto [ist]

 

“Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menyebut  kubu Prabowo-Sandiaga hanya menyoroti masalah ekonomi dari satu sisi saja.”

 

Jakarta, Inako

Pasangan Capres-Cawapres Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno mengkritik pemerintah terkait masalah pelemahan rupiah. Pasangan ini mengatakakan bahwa pelemahan rupiah disebabkan oleh kekeliruan  pemerintah dalam orientasi dan strategi pembangunan ekonomi.

Tetapi pernyataan ini langsung ditanggapi secara serius oleh PDIP. Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto berharap pasangan Prabowo-Sandiaga lebih bijak dalam menghadapi persoalan tekanan ekonomi di Indonesia.

"Kedewasaan, wisdom, dan sikap kenegarawanan para calon presiden dan calon wakil presiden sangatlah penting," ujar Hasto dalam keterangan pers, Jumat (7/9/2018).

Menyoroti persoalan kemiskinan misalnya. Hasto menyebut, kubu Prabowo-Sandiaga hanya menyoroti satu sisi saja. "Kalau rakyat mengalami pemiskinan sebagaimana dituduhkan Prabowo-Sandiaga, lalu bagaimana mereka melihat kemiskinan dan pengangguran berkurang?" lanjut dia.

Pasangan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno [ist]

 

Diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa angka kemiskinan di Indonesia mencapai titik terendah pada tahun 2018. Tercatat, kemiskinan di Indonesia turun jadi single digit di angka 9,82 persen. 

Dengan persentase kemiskinan 9,82 persen, jumlah penduduk miskin atau penduduk yang memiliki pengeluaran per kapita tiap bulan di bawah garis kemiskinan, mencapai 25,95 juta orang. Soal lain, pelemahan rupiah terhadap dolar, misalnya.

Hasto menilai, kubu Prabowo-Sandiaga tidak melihat dari sisi kebijakan pemerintah mengatasi pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Padahal, Hasto mengklaim, sebagian besar pengamat ekonomi sepakat bahwa kebijakan pemerintah dalam hal mengatasi pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat lebih baik dibandingkan kebijakan negara lain, misalnya Turki dan Argentina.

"Bahkan, sebagian besar ahli ekonomi juga sepakat bahwa Indonesia jauh dari krisis sebagaimana terjadi tahun 1998" ujar Hasto.


 

KOMENTAR