Pembangunan Bendungan Budong-Budong di Mamuju Tengahkan Tingkatkan Ketahanan Pangan dan Air Baku

Sifi Masdi

Monday, 17-08-2020 | 22:00 pm

MDN
Bendungan Budong Budong [pupr]

Jakarta, Inako

 

Sebagai kabupaten termuda di Provinsi Sulawesi Barat, Kabupaten Mamuju Tengah membutuhkan pembangunan infrastruktur dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatkan daya saing serta mengurangi kesenjangan pembangunan antar wilayah.

 

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) turut mendukung pengembangan Kabupaten Mamuju Tengah sebagai daerah pemekaran dari Kabupaten Mamuju pada 2013 melalui pembangunan sejumlah infrastruktur, salah satunya Bendungan Budong-Budong yang dilaksanakan mulai tahun 2020.  

 

Bendungan Budong-Budong sebagai bagian Program Strategis Nasional (PSN) yang dilaksanakan untuk menambah jumlah tampungan air dalam rangka mendukung program ketahanan pangan dan air. Di samping itu, kehadiran bendungan ini juga memiliki potensi air baku, energi, pengendalian banjir, dan pariwisata yang akan menumbuhkan ekonomi lokal.

 

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan pembangunan infrastruktur yang menjadi fokus Pemerintah tidak hanya mengejar pertumbuhan ekonomi dan peningkatan daya saing, namun juga pemerataan hasil-hasil pembangunan dengan memperhatikan kebutuhan masyarakat.

 

“Pembangunan bendungan diikuti oleh pembangunan jaringan irigasinya. Dengan demikian bendungan yang dibangun dengan biaya besar dapat bermanfaat karena airnya dipastikan mengalir sampai ke sawah-sawah milik petani,” kata Menteri Basuki.

 

Bendungan Budong-Budong dibangun oleh Balai Wilayah Sungai (BWS) Sulawesi III Palu, Ditjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR dengan kapasitas tampungan 65 juta m3 dalam rangka pengembangan dan peningkatan Daerah Irigasi (DI) seluas 3.500 hektare sehingga dapat meningkatkan intensitas tanam untuk lahan potensial sawah seluas 2.777 hektare, perkebunan kelapa sawit seluas 16.135,971 hektare, dan sawah eksisting seluas 230.907 hektare.

 

Kabupaten Mamuju Tengah sendiri memiliki luas wilayah 306.527 km2 yang didominasi dengan lahan kering sekitar 38% dan sekitar 24% lahan kering sekunder. Kabupaten ini terdiri dari lima kecamatan yakni Kecamatan Tobadak, Pangale, Budong-Budong, Topoyo, dan Karossa dengan komoditas unggulan seperti tanaman pangan padi dan palawija serta perkebunan sawit, kakao, kelapa, jeruk, kopi, tanaman obat, dan aromatika (nilam).

 

Secara administratif, Bendungan Budong-Budong berada di Desa Salulebo, Kecamatan Topoyo dengan daerah layanan meliputi Daerah Irigasi Tobadak, Sulobaja, Bambadaru, Sallogata, Tinali, Barakkang, dan Lembah Hada.

Bendungan ini juga memiliki potensi manfaat air baku sebesar 410 liter/detik. Kabupaten Mamuju Tengah sebagai daerah yang tengah berkembang diperkirakan akan banyak kegiatan pembangunan baik di bidang pertanian lahan basah maupun kegiatan industri yang membutuhkan air baku dari sumber air bendungan.  

 

Selain irigasi dan penyediaan air baku, pembangunan bendungan ini juga sangat diperlukan sebagai pengendali banjir untuk kawasan rawan bencana seperti Kecamatan Budong-Budong, Topoyo, dan Karossa dengan mereduksi 60% dari 341,59 m3/detik menjadi 106,76 m3/detik. Wilayah Kabupaten Mamuju Tengah dilalui tujuh sungai yakni Sungai Budong-Budong, Lumu, Karama, Karossa, Benggaulu, Kamansi, dan Panggajoang yang mengalir dari daerah perbukitan di bagian timur menuju ke daerah pesisir arah barat dan bermuara di perairan laut Selat Makassar. Bendungan Budong-Budong akan dibangun dengan membendung Sungai Salulebbo yang merupakan anak sungai Budong-Budong.

 

Saat ini pembangunan Bendungan Budong Budong, yang meliputi bendungan utama, bangunan pelimpah, dan bangunan pengelak,  sedang dalam proses lelang. Total biaya pembangunannya sebesar Rp 1,24 triliun dengan target selesai tahun 2023. Sementara itu Kementerian PUPR tengah melakukan peningkatan jalan akses dan pembuatan jembatan ke lokasi bendungan serta penyiapan manajemen keselamatan.


 

KOMENTAR