Penambangan Emas Ancam Eksosisten Taman Nasional Teluk Cenderawasih

Inakoran

Tuesday, 13-02-2018 | 06:56 am

MDN
Taman Nasional Teluk Cendrawasih [ist]

Manokwari, Inako – 

Kehadiran tambang emas besar yang beroperasi di sekitar perairan Taman Nasional Teluk Cenderawasih, Papua Barat, akan mengancam ekosistem Taman Nasional Teluk Cenderawasi, Papua Barat, dalam beberapa tahun ke depan.

Salah satu dampak buruk yang mungkin terjadi adalah adanya mutasi genetik yang bakal terjadi dalam diri masyarakat di Teluk Cenderawasih, atau masyarakat di tempat lain yang mengonsumsi ikan yang ditangkap di sekitar perairan teluk tersebut.

"Dampak terburuk yang sangat mungkin terjadi adalah mutasi genetik masyarakat Teluk Cenderawasih, bahkan daerah lain yang mendapat pasokan ikan dari sana," kata Kepala Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih (BBTNTC) Ben G Saroy di Manokwari, Senin (12/2/2018).

Menurut Ben, dalam tiap usaha penambangan emas, orang umumnya menggunakan bahan merkuri. Kalau limbahnya dibuang ke laut sudah pasti akan masuk ke rantai makanan. Bahan yang merkuri yang masuk ke laut, lanjutnya, plankton adalah rantai pertama yang menyambut bahan berbahaya tersebut. Selanjutnya, ikan besar hingga ikan kecil akan memakan plankton.

[caption id="attachment_19597" align="alignleft" width="500"] Pertambangan Folon-Picon, terletak di atas lereng gunung Monte Campo do Couto, Spanyol. [ist][/caption]"Berikutnya manusia akan memakan ikan. Ini bisa berdampak buruk bagi tubuh manusia," katanya.

Menurutnya, Indonesia terutama Teluk Wondama harus belajar dengan kasus di Kota Minamata, Jepang. Pencemaran Merkuri merusak regenerasi atau populasi penduduk di kota tersebut.

"Dampak pencemaran merkuri akan nampak pada 10 hingga 20 tahun kedepan. Bayi lahir dalam kondisi kebutaan, cacat permanen dan penyakit lainya," ujarnya.

Sebuah perusahaan pertambangan dari Jakarta yakni PT Abisha Bumi Persada berencana melakukan ekploitasi emas di lahan seluas 23 ribu hektare lebih yang membentang di tiga distrik Teluk Wondama. Tiga distrik tersebut yakni Naikere, Kuriwamesa dan Rasie.

Belum lama ini, perusahaan tersebut telah melakukan sosialisasi analisa mengenai dampak lingkungan (Amdal) yang dihadiri bupati dan Kapolres Teluk Wondama.

Ben berpandangan, aspek dampak lingkungan harus menjadi perhatian khusus sebelum eksploitasi dimulai.

KOMENTAR