Pengamat: BRICS Bakal Gunakan Stablecoin Emas Saingi Dominasi Dolar AS

Sifi Masdi

Wednesday, 26-03-2025 | 10:47 am

MDN
Ilustrasi dolar AS vs Emas [ist]

 

 

Jakarta, Inakoran

Dalam upaya menghadapi dominasi dolar AS di pasar perdagangan global, BRICS diyakini akan memanfaatkan stablecoin berbasis emas sebagai alternatif yang lebih stabil dan aman.

 

Pernyataan ini disampaikan Max Keiser, penasihat kripto untuk pemerintahan Presiden El Salvador Nayib Bukele. Ia mengatakan bahwa bahwa emas akan menjadi alat strategis bagi negara-negara BRICS, terutama Rusia, Tiongkok, dan India, untuk menghadapi hegemoni stablecoin berbasis dolar.

 

Keiser mengungkapkan melalui akun media sosial pribadinya bahwa BRICS akan menempatkan emas digital di pusat pertahanan mereka melawan upaya AS memperkenalkan stablecoin hegemonik yang didukung dolar.

 

Menurutnya, stablecoin emas akan menjadi solusi yang lebih diminati oleh banyak negara karena mampu memberikan perlindungan terhadap inflasi dan tidak memperkuat dominasi AS dalam sistem keuangan global.

 


BACA JUGA:

Harga Emas Antam Naik Rp 10.000 per Gram : Rabu (26/3/2025)

Rekomendasi Saham Blue Chip: Prospek Saham EXCL Jelang Merger dengan FREN

IHSG Bertengger di Zona Hijau: Menguat 1,49%

Harga Minyak Dunia Naik Tipis : Antisipasi Perang Tarif AS


 

Keiser menambahkan bahwa adopsi stablecoin berbasis emas akan lebih mudah diterapkan, terutama di India, yang secara de facto sudah menerapkan standar emas dalam sistem keuangannya. Selain itu, dalam perspektif hukum Syariah, emas lebih disukai dibandingkan dengan mata uang berbasis riba seperti dolar AS, sehingga negara-negara Muslim kemungkinan besar akan lebih tertarik untuk menggunakan stablecoin emas sebagai alat transaksi mereka.

 

Konsep mata uang berbasis emas dalam kelompok BRICS bukanlah hal baru. Pada tahun 2023, wacana mengenai token terpadu BRICS sempat mengemuka sebagai bagian dari agenda internasional mereka.

 

Ekonom Jim Rickards menyatakan bahwa mata uang semacam ini akan menjadi tantangan besar bagi dolar AS, terutama di tengah meningkatnya inflasi dan devaluasi yang melanda ekonomi AS. Jika dolar terus melemah, maka greenback berisiko kehilangan dominasinya dalam perdagangan global.

 

Namun, meskipun gagasan ini menarik, implementasinya masih menghadapi berbagai tantangan. Salah satu hambatan utama adalah ancaman kebijakan proteksionis dari AS. Presiden Donald Trump, misalnya, pernah memperingatkan bahwa ia akan mengenakan tarif dagang sebesar 100% terhadap negara-negara BRICS jika mereka menciptakan mata uang sendiri dan mulai melakukan transaksi perdagangan intra dan ekstra-blok tanpa menggunakan dolar.



 

 

 

 

KOMENTAR