Penguatan Ideologi Tangkal Radikalisme

Hila Bame

Thursday, 10-09-2020 | 17:36 pm

MDN

 

Jakarta, Inako

Kerapatan Indonesia Tanah Air (KITA) menggelar webinar dengan tema "Gerakan Radikal dan Krisis Identitas ditengah-tengah Masyarakat Indonesia, Kamis (10/9/2020).

Webinar dengan peserta lebih dari 100 orang ini, dihadiri oleh Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi (BPIP) Antonius Benny Susetyo. Dalam pemaparannya dijelaskan bahwa bersikap radikal dalam menghayati agama tidaklah salah, yang salah adalah memanupulasi agama untuk kepentingan politik.

"menjadi orang radikal dalam menghayati agama tidak salah. yang menjadi persoalan adalah memanipulasi agama untuk merubut kekuasaan politik  dengan  kekerasan dan memaksa orang lain," tegas Benny.

BACA JUGA:  

Mengembalikan Khitoh “ICJS” Melalui Berhukum Dengan Hati

Selian itu, Benny menjelaskan bahwa penguatan Ideologi sangatlah penting dan menjadi praksis bagi masyarakat. 

"Pancasila menjadi rasa kemanusiaan dan rasa kerakyatan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara," tambah Benny.

Radikalisme lebih kepada kuktur kematian artinya karena membiarkan sesuatu yang tak masuk akal menjadi masuk akal.

Menurutnya, Benny radukalisme yang terjadi adalah kultur dari kematian yang membajak keyakinan suci guna melegalkan ideologi kematian.

"Radikalisme  yang terjadi adalah kultur kematian, karena ideologi kematian yang merusak keadaban kemanusian dan menghancurkan wajah Tuhan," kata Romo Benny. 

Dalam hal ini Benny menambahkan bahwa pemerintah dan masyarakat harus mampu mengambil ruang publik agar konten positif lebih dominan dikonsumsi oleh masyarakat.

Koordinator KITA, Maman Imanul Haq mengatakan bahwa pelaku radikalisme biasanya tidak mendapatkan pemahaman secara utuh hanya berpatokan kepada satu atau dua ayat atau hadis.

"orang-orang  radikalisme hanya punya satu atau dua ayat atau dalil tanpa mau menerima dalil lain," jelasnya.

Solusinya, lanjut  Maman menjelaskan harus membuat media literasi baik pesantren maupun gereja.

selain itu, ciri lain dari para pelaku radikalisme adalah anti dialog dan playing victim.

"Mereka juga anti dialog. 
melahirkan kelompok licik, playing victim. akan tetapi semua yang dikatakan tidak benar," jelas Kang Maman.

Oleh karena itu, Maman menambahkan perlunya diajak  lebih banyak dialog dalam membentuk kesepakatan bersama. 
sosialisasi pancasila juga tidak boleh secara doktrinisasi.

Guru Besar UIN, Syahrin Harahap menjelaskan hal senada bahwa radikalisme dalam pengertian yang sejati dimiliki oleh semua agama dan ideologi.

"Jati diri digali hal yang paling radikal di indonesia 
semua agama mengandung nilai universal yang diakui dan dijunjung tinggi oleh seluruh umat manusia. Cara pemahaman kita tehadap Pancasila harus juga dirujuk pada nilai universal," jelas Syahrin.

BACA JUGA:  

Pusat Studi Pancasila dan Bela Negara Perkuat Sinergi Bumikan Pancasila

Ketua Umum Permabudhi Philip K Wijaya menjelaskan hal lain bahwa Pemerintah harus mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara harus memiliki corak, yang mempunyai tugas sosialisasi Pancasila adalah pemerintah. 

"Polotik ekonomi sosial dan budaya yang tidak sehat sehingga ketika ada yang  menawarkan paham baru akan mudah  diterima oleh masyarakat," jelasnya.

Bambang Jonan dari Gereja Bethel Indonesia menjelaskan bahwa semua agama adalah untuk memberikan kabar baik. sehingga seharusnya orang yang menganut agama dengan taat kebaikan akan selalu tercermin dalam setiap orang.

KOMENTAR