Perang Militan Hamas VS Israel
GAZA CITY, INAKORAN
Pemimpin Palestina Mahmud Abbas mengatakan pada hari Minggu bahwa kebijakan dan tindakan Hamas “tidak mewakili rakyat Palestina”.
Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) adalah satu-satunya perwakilan sah rakyat Palestina, tambahnya, kantor berita Wafa melaporkan.
Setelah penghancuran beruntun di jalur Gaza, yang dilakukan Israel sebagai balasan tindakan biadab Militan Hamas pada 7/10/23 terhadap warga sipil sangat melukai tidak hanya warga sipil Israel, tapi juga warga dunia.
baca:
Militan Hamas Menyamar Sebagai Polisi Saat Membantai Peserta Festival Nova
Tindakan lanjutan terus dilakukan Israel dengan perang darat dan meminta warga sipil di Gaza untuk mengungsi ke selatan dari Utara Gaza.
Pada perkembangan selanjutnya, Hamas ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh Israel, Amerika Serikat, Uni Eropa, Kanada, Mesir dan Jepang.
Warga Palestina yang membawa barang apa pun yang mereka bisa, baik dalam tas dan koper, atau dimasukkan ke dalam sepeda motor roda tiga, mobil rusak, van, bahkan gerobak keledai sudah menjadi pemandangan umum dalam beberapa hari terakhir.
Mereka harus mencari perlindungan di mana pun mereka bisa di wilayah selatan Jalur Gaza yang semakin padat, termasuk di jalan-jalan dan di sekolah-sekolah yang dikelola PBB.
Israel telah memutus pasokan air, bahan bakar, dan makanan ke Gaza selama konflik berlangsung. Rumah sakit setempat kewalahan dengan meningkatnya jumlah korban tewas dan cedera.
Pejabat kesehatan pada hari Minggu mengatakan sekitar 9.600 orang terluka.
Menteri Energi Israel Israel Katz pada hari Minggu mengatakan pasokan air ke Gaza selatan telah diaktifkan kembali.
“Ini akan mendorong penduduk sipil ke Jalur Selatan,” katanya.
Namun pemadaman listrik mengancam sistem pendukung kehidupan, mulai dari pabrik desalinasi air laut hingga pendingin makanan dan inkubator rumah sakit.
Bahkan aktivitas sehari-hari – mulai dari pergi ke toilet, mandi dan mencuci pakaian – hampir mustahil dilakukan , kata penduduk setempat.
“Tidak ada listrik, tidak ada air, tidak ada internet. Saya merasa seperti kehilangan rasa kemanusiaan saya,” kata Mona Abdel Hamid, 55, yang meninggalkan Kota Gaza ke Rafah dan harus tinggal bersama orang asing.
Di Roma, Paus Fransiskus menyerukan koridor kemanusiaan di Gaza dan mendesak agar “anak-anak, orang sakit, orang tua, perempuan dan semua warga sipil tidak menjadi korban konflik”.
Warga Gaza sebenarnya terjebak, dengan ditutupnya penyeberangan yang dikontrol Israel dan Mesir juga telah menutup perbatasan Rafah di selatan.
Blinken mengatakan dia yakin penyeberangan “akan dibuka” untuk bantuan ke Jalur Gaza, di tengah laporan bahwa Mesir memblokir perjalanan warga Gaza dengan paspor asing sampai pasokan bantuan diizinkan masuk.
184859767
KOMENTAR