Perserikatan Bangsa-Bangsa Ramalkan bahwa China, Kemungkinan akan Hilang dari separuh populasinya pada tahun 2100
JAKARTA, INAKORAN
Menurut para analis, upaya Tiongkok untuk mendongkrak angka kelahiran belum mengatasi alasan utama di balik penurunan cepatnya.
Meskipun negara tersebut mulai melonggarkan kebijakan satu anak yang ketat hampir satu dekade lalu, angka kelahiran terus menurun , dengan rekor terendah 9,02 juta bayi baru lahir tahun lalu.
Jumlah pendaftaran pernikahan baru juga anjlok sebesar 25% tahun ke tahun pada kuartal ketiga, yang menunjukkan total untuk tahun tersebut akan turun menjadi 6,4 juta, terendah sejak 1979, menurut analisis data resmi perusahaan jasa keuangan Nomura yang dirilis bulan ini .
Alih-alih berupaya mendorong “lonjakan kelahiran” yang cukup besar, kebijakan Tiongkok selama ini lebih banyak berfokus pada “mendukung keluarga [dan] memungkinkan mereka yang ingin memiliki anak kedua atau ketiga untuk melakukannya dengan lebih mudah dan terjangkau,” kata Lauren Johnston, profesor madya Pusat Studi Tiongkok di Universitas Sydney.
Langkah-langkah yang diambil baru-baru ini merupakan “langkah kecil dalam agenda jangka panjang,” katanya.
Bulan lalu, pemerintah Tiongkok mengumumkan rencana tingkat tinggi untuk subsidi dan keringanan pajak bagi rumah tangga dengan anak-anak berusia di bawah 3 tahun. Langkah-langkah tersebut juga memperpanjang cuti hamil dari 98 hari menjadi 158 hari. Tahun lalu, negara itu menggandakan keringanan pajak pengasuhan anak menjadi 2.000 yuan ($280) per bulan.
KOMENTAR