Pertamina Dituding Bentuk Petral Jilid 2 di Singapura

Sifi Masdi

Wednesday, 09-10-2019 | 21:55 pm

MDN
Kantor Pertamina [ist]

Jakarta, Inako

PT Pertamina mendirikan trading arm Pertamina di Singapura dengan nama Pertamina International Marketing & Distribution Pte Ltd (PIMD). Ini merupakan sebuah kantor pemasaran yang baru dibuka September lalu. Namun tidak lama setelah kantor tersebut dibuka muncul beragam komentar. Para pakar menilai pembukaan trading arm atau kantor pemasaran merupakan bibit lahirnya Petral jilid II.

Tudingan itu langsung ditanggapi oleh Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman. Ia mengatakan bahwa kantor pemasaran yang dibuka di Singapura jauh berbeda dengan Petral, yaitu trading arm Pertamina yang dibubarkan atas instruksi Presiden Joko Widodo karena praktik mafia migas dalam impor minyak selama bertahun-tahun.

"PIMD merupakan trading arm Pertamina dalam ekspor produk Pertamina dan jual produk pihak ke-3 ke pasar internasional," ujar Fajriyah kepada wartawan, Selasa (8/10/2019).

Menurut Fajriyah, PIMD fokus pada upaya untuk menangkap peluang bisnis bunkering terutama di Singapura. Caranya adalah dengan memanfaatkan fasilitas blending MFO 380 dari Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Pertamina di Sambu, serta masuk ke pasar regional dengan membangun bisnis retail untuk memperkenalkan brand Pertamina secara global.

Lebih lanjut dijelaskannya bahwa PIMD ini digagas dan di bawah direksi Marketing. "Dia justru ekspor jual produk pertamina justru," imbuhnya.

Tetapi banyak pihak tidak yakin dengan gagasan Pertamina ini. Pembukan kantor pemasaran Pertamina di Singapura justru dinilai berisiko melahirkan praktik pemburu rente seperti yang terjadi di Petral dulu.

Hal ini setidaknya dikemukakan oleh mantan staf ahli Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Said Didu. Ia menjawab "Iya," saat ditanya soal potensi PIMD bisa berperan sebagai Petral.

Begitu juga dengan pakar dari Universitas Gajah Mada sekaligus mantan tim reformasi tata kelola migas, Fahmy Radhi. Ia menjelaskan awal mula Petral dibentuk juga untuk menjual minyak mentah saat Indonesia masih ekspor minyak.

"Tapi pada saat net importir, fungsi Petral hanya sebagai satu-satunya pengimpor BBM. Saat itu Petral digunakan oleh mafia migas untuk pemburuan rente dalam pengadaan BBM melalui bedding dan blending yang dimark-up. Akhirnya Petral dibubarkan," jelasnya. 

Menurutnya, setelah Petral dibubarkan semestinya Pertamina tak membuka trading arm lagi di Singapura. "Ini tidak tepat dan blunder."

Ia meyakini praktik pemburuan rente seperti di Petral akan kembali terulang, apalagi perusahaan dibikin di luar teritorial Indonesia sehingga tidak terjangkau pemeriksaan oleh KPK dan BPK.

 

KOMENTAR