PGII Kucurkan USD 600 Miliar Atasi Kesenjangan Infrastruktur di Negara Berkembang 

Saverianus S. Suhardi

Wednesday, 16-11-2022 | 13:20 pm

MDN
Presiden AS Joe Biden dan Menko Airlangga di pertemuan PGII [Ist]

   

 

Bali, Inakoran.com

Partnership for Global Infrastructure and Investment  (PGII) mengucurkan dana sebesar USD 600 miliar dalam bentuk pinjaman dan hibah untuk proyek infrastruktur berkelanjutan bagi negara berkembang.  Dana yang bernilai fantastis itu merupakan bentuk komitmen PGII selama lima tahun ke depan.

Dilakukan disela-sela Konferensi Tingkat Tinggi Presidensi G20 Indonesia, pertemuan PGII yang digelar di Bali pada Selasa (15/11) ini menjadi momentum yang tepat untuk menunjukkan komitmen guna mempercepat investasi dalam infrastruktur yang berkualitas di negara-negara miskin dan menengah di seluruh dunia serta memperkuat ekonomi global.


Bscs juga: Intimidasi dan Pembubaran Paksa Rapat Internal YLBHI-18 Kantor LBH di Sanur, Bali


 

Dalam pertemuan tersebut, Presiden Joko Widodo selaku tuan rumah KTT G20 menyampaikan bahwa Indonesia selalu mendukung penguatan pembangunan infrastruktur di negara-negara berkembang.

Krisis multidimensional yang tengah dihadapi dunia membawa tantangan sendiri bagi pembangunan infrastruktur di negara berkembang, termasuk melalui penyusutan ruang fiskal. Dukungan yang diberikan PGII harus bersifat country driven dan berdasarkan kebutuhan riil negara tujuan. Selain itu, PGII juga harus menjadikan konsultasi dan dialog dengan negara penerima sebagai pedoman utama.

“Pembangunan infrastruktur perlu memberdayakan masyarakat dan ekonomi setempat agar memiliki rasa kepemilikan yang tinggi disertai dukungan bagi negara berkembang untuk membangun kapasitas dan kemampuan mandiri. Dengan demikian negara berkembang dapat lebih tangguh menghadapi tantangan global di masa mendatang,” ungkap Presiden Joko Widodo.

Presiden Joko Widodo juga mengutarakan bahwa upaya PGII dalam mendukung pembangunan infrastruktur di negara berkembang juga harus didasarkan pada paradigma kolaborasi. PGII diminta untuk melibatkan lebih banyak pemangku kepentingan termasuk sektor swasta yang dinilai akan membawa manfaat nyata. Lebih lanjut, PGII juga harus menghasilkan dukungan pembangunan berkelanjutan, termasuk lewat pembangunan hijau dan transisi energi.


Baca juga: Indonesia Diharapkan Perkuat Kerjasama Antar Negara Paska G20


 

Sementara itu, Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyampaikan perkembangan dan dampak PGII hingga saat ini, mengumumkan proyek-proyek baru, dan memberikan contoh nyata peran AS dan mitranya bekerja sama untuk memobilisasi modal infrastruktur berkualitas dan pembangunan berkelanjutan. 

“Pemerintah AS secara resmi mengumumkan proyek baru PGII antara lain kemitraan Just Energy Transition Partnership (JETP) yang memobilisasi USD 20 miliar pembiayaan sektor publik dan swasta untuk Indonesia, Indonesia Millenium Challenge Corporation (MCC) Compact yang telah berhasil meluncurkan USD 698 juta, Trilateral Support for Digital Infrastructure melalui kemitraan Australia dan Jepang dalam mendukung proyek digital, mengamankan rantai pasokan mineral kritis di Brasil, pengembangan energi surya di Honduras, dan investasi dalam infrastruktur kesehatan India,” jelas Presiden Biden.    

Presiden Von der Leyen meyakini bahwa pertemuan PGII pada sela-sela KTT G20 di Bali dapat menjadi penentu situasi perekonomian dunia.

“Kami yakin kemitraan dapat menjadi penentu permainan karena dua alasan, pertama PGII tidak hanya menanamkan modal besarnya di infrastruktur, tetapi juga investasi pada kapasitas lokal mitra kami,” ujar Presiden Von der Leyen. 

PGII sendiri merupakan upaya kolaboratif oleh anggota G7 (Amerika Serikat, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada dan Prancis) yang diluncurkan pertama kali pada Juni 2021 pada KTT G7 ke-47 di Inggris.

Dalam pertemuan tersebut, Presiden Jokowi didampingi oleh Menko Airlangga Hartarto yang juga bertindak sebagai moderator.

 

KOMENTAR