PKB dan Muktamar Nu di Lampung

Hila Bame

Sunday, 19-12-2021 | 10:00 am

MDN

 

 

Oleh. : Adlan Daie
Analis sosial politik dan keagamaan

JAKARTA, INAKORAN 

Pernyataan Gus Muhaimin,  Ketua Umum PKB,  partai anak kandung "ideologis" Nahdlatul Ulama (NU) bahwa seluruh kader PKB "dibebaskan" untuk mensuport dan memilih siapa saja di antara kedua calon Ketua Umum PBNU di Muktamar Lampung, yakni KH. Said Aqil SIirodj atau Gus Yahya (media RMOL, 15/12/2021) menunjukkan satu hal betapa PKB dibawah Gus Muhaimin sangat fasih memaknai dictum politik Otto Van Bismoch, politisi Jerman abad 19 bahwa "politics is the art off  the possible", politik adalah seni mendesain kemungkinan dengan segala varian kalkulasi baik benefit maupun defisit politiknya.


Pengalaman politik Gus Muhaimin memimpin PKB dan kekayaan literasi politiknya di level nasional sulit dijebak oleh permainan opini untuk menggiringnya berdiri di satu blok tertentu secara ekstrim. Setidaknya dari sudut pandang  penulis pernyataan sikap "netral" Gus Muhaimin di atas adalah salah satu kepiawaiannya mendesain opsi politiknya. Sebuah  "kemenangan" dini desain politik PKB karena dua duanya memiliki "DNA" PKB baik di level historis pendiriannya maupun rancang bangun dan proses perjalanan PKB hingga saat ini.


Maka, siapa pun kelak di antara keduanya yang terpilih menjadi Ketua Umum PBNU tidak akan menimbulkan effect turbulensi dan "goncangan" politik apapun bagi PKB pasca Muktamar, tidak akan keluar dari frame kepentingan politik PKB dibawah  kepemimpinan Gus Muhaimin meskipun varian dan style  keberpihakannya terhadap PKB  mungkin berdeda orkestrasi politiknya  Dengan kata lain, relasi NU dan PKB tidak akan terganggu baik relasi histotis, ideologis dan relasi timbal balik aspiratifnya bahkan  relasi dan supporting politik elektoralnya.

 
Dalam konteks di atas daya tarik Muktamar NU di Lampung yang tersisa adalah pertarungan di antara "faksi faksi" di level PBNU dan varian pendukungnya. Artinya,  jika KH. Said Aqil terpilih kembali tentu sebagian besar "gerbong lama" PBNU akan tetap bertahan dan sebaliknya jika Gus Yahya terpilih menjadi ketua umum PBNU hampir pasti formasi "kabinet" PBNU untuk masa khidmat lima tahun ke depan akan diisi mayoritas gerbong baru. Di titik inilah pertarungan di Muktamar NU Lampumg akan berlangsung seru dengan "manuver manuver" zig zag nya.


Tentu penulis sepenuhnya menyadari bahwa kelenturan politik NU dan pengalamannya dalam dinamika politik sangat panjang, mengutip Burhanudin Muhtadi, analis politik, putera seorang tokoh NU di Rembang Jateng, NU adalah "kekecualian" politik yang sangat rumit untuk disederhanakan secara "hitam putih" dalam satu dua perspektif.  


Selalu terbuka perspektif lain untuk membaca  kemungkinan baru.tak terduga dari panggung Muktamar NU di Lampung.  NU terlalu piawai mengelola perbedaan dan "ending"nya sulit diprediksi pihak luar sebagaimana diakui Mitsuo Nakamuka, analis sosial Asia timur jauh, saat menjadi peninjau resmi muktamar NU ke 26 tatun 1979 di Semarang, Jateng.


Terlepas dari dinamika di atas mari kita nikmati panggung Muktamar NU di Lampung sebagai "hiburan politik" warga NU untuk memperkuat imunitas batin pasca tertekan pandemi covid 19 nyaris selama.dua tahun. Setidaknya menurut Gusdur "orang NU" yang gampang "sakit gigi"  jika  terlalu lama sepi dari "hiburan politik" agak terobati.

Tabiiiiik !
Selamat bermuktamar penuh khidmat dan riang gembira !

 

 

TAG#ADLAN, #PKB

188670286

KOMENTAR