Rekomendasi dan Proyeksi Saham Emiten Konglomerasi

Sifi Masdi

Tuesday, 07-05-2024 | 12:03 pm

MDN
Transaksi saham di Bursa Efek [ist]

 

 

 

Jakarta, Inakoran

 

Emiten holding dari berbagai konglomerasi mencatat kinerja yang bervariasi pada kuatal I-2024.  Beberapa berhasil meningkatkan top line dan bottom line mereka, sementara yang lain justru mengalami penurunan.

 

Berikut ini adalah cacatan kinerja saham emiten dari sejumlah grup bisnis (holding) konglomeraso. Pertama, PT Astra International Tbk (ASII) dari grup bisnis Astra. ASII tercata mengalami  penurunan pendapatan sebesar 2,14% YoY menjadi Rp 81,20 triliun, dengan laba bersih turun 14,35% YoY menjadi Rp 7,46 triliun.

 

Kedua, PT MNC Asia Holding Tbk (BHIT), induk grup bisnis MNC. BHIT juga teercatat  mengalami penurunan pendapatan sebesar 13,21% menjadi Rp 4,07 triliun, dengan laba bersih turun 35,38% YoY menjadi Rp 157,89 miliar.

 

BACA JUGA: Rupiah Masih Melemah: Bertahan di Posisi  Rp16.065/US$

 

Ketiga, PT Barito Pacific Tbk (BRPT) dari Grup Barito milik Prajogo Pangestu. BRPT  mencatat penurunan pendapatan sebesar 4,93% menjadi US$ 618,59 juta, dengan laba bersih turun 61,98% YoY menjadi US$ 8,85 juta.

 

Keempat, PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) dari Grup Bakrie. BNBR  mencatat kenaikan pendapatan tipis sebesar 2,27% YoY menjadi Rp 854,32 miliar, namun laba bersihnya turun 24,21% YoY menjadi Rp 53,01 miliar.

 

Kelima, PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG), perusahaan investasi milik Edwin Soeryadaya dan Sandiaga Uno.  SRTG berhasil mengurangi kerugian bersihnya sebesar 41,45% YoY menjadi Rp 2,57 triliun.

 

Keenam, PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK), induk Grup Emtek. EMTK  mencatat kenaikan pendapatan sebesar 13,24% YoY menjadi Rp 2,48 triliun, dan berhasil membalikkan posisi rugi menjadi laba bersih Rp 259,39 miliar.

 

BACA JUGA: GOTO Bakal Terbitkan 120,14 Miliar Saham Baru Seri A

 

Ketujuh, PT Multipolar Tbk (MLPL) dari Grup Lippo.  MLPL  mencatat kenaikan penjualan sebesar 20,71% YoY menjadi Rp 3,03 triliun, dan laba bersihnya naik 6,36% YoY menjadi Rp 31,24 miliar.

 

Menurut Abdul Haq Alfaruqy, analis Stocknow.id, kinerja emiten holding yang bervariasi mencerminkan dinamika bisnis dari anak-anak perusahaannya. Kinerja emiten konglomerasi juga dipengaruhi oleh kondisi makro ekonomi, kebijakan suku bunga, nilai tukar, hingga harga komoditas.

 

Dia mencontohkan bagaimana kondisi suku bunga tinggi menekan sektor otomotif yang masih dominan digerakkan oleh skema kredit. Situasi ini kemudian ikut menekan kinerja ASII bersamaan dengan normalisasi harga komoditas global dan kompetisi dari derasnya impor mobil listrik asal China.

 

BACA JUGA: Rekomendasi Saham  Pilihan Hari Ini: Selasa (7/5/2024)

 

Untuk perusahaan investasi seperti SRTG, kinerjanya akan lebih dipengaruhi oleh dinamika saham dan pembagian dividen dari anak-anak usahanya. “Secara keseluruhan pada kuartal I-2024 memang cukup banyak sentimen yang menerpa berbagai sektor,” kata Abdul Haq.

 

 

 

Menurut Abdul Haq, para investor cenderung melihat emiten holding tidak terlalu menghasilkan capital gain yang menarik dibandingkan anak usahanya. Apalagi secara historis sebagian emiten holding mengalami trend bearish secara jangka panjang.

 

“Emiten holding lebih berfokus terhadap investasi di anak usahanya, sehingga berat untuk bergerak fluktuatif secara jangka pendek ataupun menengah. Dengan alasan itu para investor lebih memilih anak usaha dibandingkan holdingnya,” terang Abdul Haq.

 

William Hartanto, Pengamat Pasar Modal & Founder WH-Project, menambahkan bahwa saham anak usaha lebih diminati ketimbang holding lantaran perolehan pendapatan dan laba hingga besaran dividen emiten holding juga tergantung kontribusi dari anak-anak usahanya. Orientasi pelaku pasar terhadap emiten holding lebih bersifat jangka panjang.

 

Sedangkan jika mengejar kenaikan harga, maka kecenderungannya fokus ke saham anak usaha. Apabila ingin mengoleksi saham emiten holding, William menyarankan tetap cermati momentum teknikalnya. Dia merekomendasikan trading buy saham SRTG. 

 

Kemudian, bisa perhatikan peluang buy on weakness pada saham ASII dan spekulatif buy untuk saham EMTK jika masih bertahan di atas support Rp 388. Abdul Haq turut menyarankan buy on weakness saham ASII dan buy SRTG.

 

Rekomendasi dia, buy on weakness ASII di harga Rp 5.100 untuk target harga Rp 5.275 - Rp 5.425, dan pertimbangkan stoploss jika tembus ke Rp 4.910. Kemudian buy SRTG di harga Rp 1.430 untuk target harga Rp 1.490 - Rp 1.570, dan stoploss jika tembus ke Rp 1.375 per saham.


 

 

KOMENTAR