Respons Iran Terhadap pembunuhan Pemimpin Hamas Haniyeh
JAKARTA, INAKORAN
Pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh pada hari Rabu (31 Juli) telah memperbarui kekhawatiran bahwa perang Gaza akan berubah menjadi konflik Timur Tengah yang lebih luas, tetapi para ahli mengatakan bahwa ini tergantung pada bagaimana Iran merespons pada waktunya.
Haniyeh , yang selama beberapa tahun terakhir menjadi wajah kelompok militan Palestina dalam diplomasi internasional, tewas akibat serangan rudal di ibu kota Iran, Teheran. Peristiwa ini terjadi beberapa jam setelah ia menghadiri upacara pelantikan presiden baru Iran.
Haniyeh , yang selama beberapa tahun terakhir menjadi wajah kelompok militan Palestina dalam diplomasi internasional, tewas akibat serangan rudal di ibu kota Iran, Teheran. Peristiwa ini terjadi beberapa jam setelah ia menghadiri upacara pelantikan presiden baru Iran.
“Di satu sisi, Iran masih sangat tidak ingin terlibat dalam perang habis-habisan,” kata Jonathan Panikoff, mantan wakil pejabat intelijen nasional pemerintah Amerika Serikat di Timur Tengah.
"Di sisi lain, seperti yang kita lihat pada bulan April, ada kekhawatiran nyata bahwa pencegahan Iran tidak cukup memadai untuk mencegah jenis serangan Israel ini," tambahnya, mengacu pada serangan terhadap kedutaan besar Iran di Suriah yang diduga diatur oleh Israel.
Meskipun serangan terhadap Haniyeh secara luas diasumsikan dilakukan oleh Israel, pemerintah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu tidak mengklaim tanggung jawab dan mengatakan tidak akan mengomentari pembunuhan tersebut.
Iran mengatakan akan membalas. Pemimpin tertingginya Ayatollah Ali Khamenei bersumpah untuk memberikan "hukuman keras" bagi Israel, karena Haniyeh "telah mati syahid" di wilayah Iran.
Sayap bersenjata Hamas yang didukung Iran mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pembunuhan itu akan "membawa pertempuran ke dimensi baru dan memiliki dampak besar".
KOMENTAR