Rupiah Kembali Menguat,  Rp 16.176/US$

Sifi Masdi

Thursday, 18-04-2024 | 11:31 am

MDN
Ilustrasi rupiah vs dolar AS [ist]

 

 

 

Jakarta, Inakoran

 

Pada perdagangan hari Kamis, 18 April 2024, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka menguat ke level Rp16.176,5 per dolar AS. Menguatnya rupiah ini terjadi di tengah stagnannya dolar AS, dengan indeks dolar AS stagnan pada level 105,94.

 

BACA JUGA: Rekomendasi Saham Pilihan Hari Ini: Kamis (18/4/2024

 

Tidak hanya rupiah, beberapa mata uang kawasan Asia Pasifik juga dibuka menguat. Mata uang yang menguat antara lain yen Jepang  (naik 0,10%)dolar Singapura (naik 0,06%), dolar Taiwan (naik 0,14%), dan won Korea Selatan (naik 0,85%). Sementara itu, peso Filipina naik 0,23%, rupee India turun 0,11%, yuan China naik 0,04%, ringgit Malaysia naik 0,14%, dan baht Thailand turun 0,20%.

 

 

 

Analis Pasar Uang, Lukman Leong, melihat prospek rupiah ke depannya masih akan tertekan oleh dolar AS yang menguat. Menurut Lukman, penguatan dolar AS masih akan berlangsung panjang. Hal ini tercermin dari pernyataan yang hawkish dari kepala The Fed, Jerome Powell, yang menyatakan bahwa mereka belum bisa menurunkan suku bunga karena inflasi yang masih tinggi.

 

BACA JUGA:  Harga Batu Bara Melejit, Apa Saja Faktor Pemicunya?

 

Pelemahan rupiah ini akan memiliki beberapa dampak ke ekonomi. Dampak tersebut, seperti Bank Indonesia (BI) yang akan terus mempertahankan suku bunga tinggi saat inflasi yang masih di dalam target. Bahkan, ada kemungkinan BI akan perlu kembali menaikkan suku bunga ke depan untuk menahan depresiasi rupiah.

 

Sementara itu, Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memperkirakan rupiah akan ditutup menguat hari ini pada rentang Rp16.170-Rp16.250 per dolar AS.

 

BACA JUGA: Stagnan Sehari, Harga Emas Antam Kembali Melejit ke Level Rp1.335.000 per Gram

 

Ibrahim menjelaskan trader tetap bias terhadap dolar AS setelah rilis data inflasi dan penjualan ritel AS yang lebih tinggi dari perkiraan. Hal tersebut menunjukkan inflasi masih stagnan dalam beberapa bulan terakhir.

 

Selain itu, peringatan dari Federal Reserve membuat sebagian besar trader tidak memperhitungkan penurunan suku bunga lebih awal, serta memburuknya ketegangan geopolitik di Timur Tengah mendorong permintaah safe haven. 

 

Komentar Powell membuat para trader semakin mengurangi ekspektasi penurunan suku bunga pada bulan Juni, dengan CME Fedwatch Tools yang kini menunjukkan peluang 79,2% bahwa bank sentral akan mempertahankan suku bunga tetap stabil.

 

 

KOMENTAR